Tuesday 19 February 2013

Kata Serapan dalam Bahasa Indonesia

Kata Serapan dalam Bahasa Indonesia
1.      Kata Serapan
Bahasa Indonesia menyerap banyak kata dari bahasa-bahasa lain, terutama yang pernah berhubungan langsung dengan Nusantara, baik melalui perdagangan (Sanskerta, Tionghoa, Arab), melalui penjajahan (Portugis, Belanda, Jepang), maupun karena perkembangan ilmu pengetahuan (Inggris) yang selanjutnya disebut kata serapan. Kata serapan adalah kata-kata yang berasal dari bahasa asing atau bahasa daerah, lalu digunakan dalam Bahasa Indonesia. Dilihat dari taraf penyerapannya ada 3 macam kata serapan. Yaitu:
1.      Kata-kata yang sudah sepenuhnya diserap ke dalam bahasa Indonesia. Kata-kata ini sudah lazim dieja secara Indonesia, sehingga sudah tidak dirasakan lagi kehadirannya sebagai kata serapan. Misalnya kata-kata sabar, sirsak, iklan, perlu, hadir, badan, waktu, kamar, botol, dan ember.
2.      Kata-kata yang masih asing, tetapi digunakan dalam konteks Bahasa Indonesia. Ejaan dan pengucapannya masih mengikuti cara asing. Misalnya shuttle cock, knock out, time out, check in, dan door to door. Dalam kelompok ini termasuk kata-kata yang dipertahankan keasingannya karena sifat keinternasionalannya, seperti istilah-istilah musik: andante, moderate, adagio, dan sebagainya.
3.      Kata-kata asing yang untuk kepentingan peristilahan,ucapan dan ejaannya disesuaikan dengan kaidah-kaidah Bahasa Indonesia. Hal ini perubahan ejaan itu dibuat seperlunya saja sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk bahasa aslinya. Misalnya aki (accu),komisi (commission),psikologi (psychology),dan fase (phase).
2.      Hubungan Kata Serapan dengan Penutur Asing
a.      Hubungan dengan Penutur Bahasa Hindi dan Bahasa Sansekerta
Beriringan dengan perkembangan agama Hindu itu berlangsung pula perdagangan rempah-rempah dengan bangsa India yang sebagian dari mereka penutur bahasa Hindi, sebagian yang lain orang Tamil dari India bagian selatan dan Sri Lanka bagian timur yang bahasanya menjadi perantara karya sastra yang subur. Bahasa Tamil pernah memiliki pengaruh yang kuat terhadap bahasa Melayu.
b.     Hubungan dengan Penutur Bahasa Tionghoa
Hubungan ini sudah terjadi sejak abad ke-7 ketika para saudagar Cina berdagang ke Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur, bahkan sampai juga ke Maluku Utara. Pada saat Kerajaan Sriwijaya muncul dan kukuh, Cina membuka hubungan diplomatik dengannya untuk mengamankan usaha perdagangan dan pelayarannya. Pada tahun 922 musafir Cina melawat ke Kerajaan Kahuripan di Jawa Timur. Sejak abad ke-11 ratusan ribu perantau meninggalkan tanah leluhurnya dan menetap di banyak bagian Nusantara (Kepulauan Antara, sebutan bagi Indonesia).
Yang disebut dengan bahasa Tionghoa adalah bahasa di negara Cina (banyak bahasa). Empat di antara bahasa-bahasa itu yang di kenal di Indonesia yakni Amoi, Hakka, Kanton, dan Mandarin. Kontak yang begitu lama dengan penutur bahasa Tionghoa ini mengakibatkan perolehan kata serapan yang banyak pula dari bahasa Tionghoa, namun penggunaannya tidak digunakan sebagai perantara keagamaan, keilmuan, dan kesusastraan di Indonesia sehingga ia tidak terpelihara keasliannya dan sangat mungkin banyak ia berbaur dengan bahasa di Indonesia. Contohnya anglo, bakso, cat, giwang, kue/ kuih, sampan, dan tahu.

c.       Hubungan dengan Penutur Bahasa Arab dan Bahasa Persia

Bahasa Arab dibawa ke Indonesia mulai abad ketujuh oleh saudagar dari Persia, India, dan Arab yang juga menjadi penyebar agama Islam. Kosakata bahasa Arab yang merupakan bahasa pengungkapan agama Islam mula berpengaruh ke dalam bahasa Melayu terutama sejak abad ke-12 saat banyak raja memeluk agama Islam. Kata-kata serapan dari bahasa Arab misalnya abad, bandar, daftar, edar, fasik, gairah, hadiah, hakim, ibarat, jilid, kudus, mimbar, sehat, taat, dan wajah. Karena banyak di antara pedagang itu adalah penutur bahasa Parsi, tidak sedikit kosakata Parsi masuk ke dalam bahasa Melayu, seperti acar, baju, domba, kenduri, piala, saudagar, dan topan.

d.      Hubungan dengan Penutur Bahasa Portugis

Bahasa Portugis dikenali masyarakat penutur bahasa Melayu sejak bangsa Portugis menduduki Malaka pada tahun 1511 setelah setahun sebelumnya ia menduduki Goa. Portugis dikecundangi atas saingan dengan Belanda yang datang kemudian dan menyingkir ke daerah timur Nusantara. Meski demikian, pada abad ke-17 bahasa Portugis sudah menjadi bahasa perhubungan antaretnis di samping bahasa Melayu. Kata-kata serapan yang berasal dari bahasa Portugis seperti algojo, bangku, dadu, gardu, meja, picu, renda, dan tenda.

e.       Hubungan dengan penutur Belanda

Belanda mendatangi Nusantara pada awal abad ke-17 ketika ia mengusir Portugis dari Maluku pada tahun 1606, kemudian ia menuju ke pulau Jawa dan daerah lain di sebelah barat. Sejak itulah, secara bertahap Belanda menguasai banyak daerah di Indonesia. Bahasa Belanda tidak sepenuhnya dapat menggeser kedudukan bahasa Portugis karena pada dasarnya bahasa Belanda lebih sukar untuk dipelajari, lagipula orang-orang Belanda sendiri tidak suka membuka diri bagi orang-orang yang ingin mempelajari kebudayaan Belanda termasuklah bahasanya. Hanya saja pendudukannya semakin luas meliputi hampir di seluruh negeri dalam kurun waktu yang lama (350 tahun penjajahan Belanda di Indonesia). Belanda juga merupakan sumber utama untuk menimba ilmu bagi kaum pergerakan. Maka itu, komunikasi gagasan kenegaraan pada saat negara Indonesia didirikan banyak mengacu pada bahasa Belanda. Kata-kata serapan dari bahasa Belanda seperti abonemen, bangkrut, dongkrak, ember, formulir, dan tekor. Bahasa yang paling banyak diserap kata-katanya, berdasarkan referensi penulis, adalah Bahasa Belanda yang mencapai 3.280 kata

f.       Hubungan dengan Penutur Bahasa Inggris

Bangsa Inggris tercatat pernah menduduki Indonesia meski tidak lama. Raffles menginvasi Batavia (sekarang Jakarta) pada tahun 1811 dan beliau bertugas di sana selama lima tahun. Sebelum dipindahkan ke Singapura, dia juga bertugas di Bengkulu pada tahun 1818. Sesungguhnya pada tahun 1696 pun Inggris pernah mengirim utusan Ralph Orp ke Padang (Sumatera Barat), namun dia mendarat di Bengkulu dan menetap di sana. Di Bengkulu juga dibangun Benteng Marlborough pada tahun 1714-1719. Itu berarti sedikit banyak hubungan dengan bangsa Inggris telah terjadi lama di daerah yang dekat dengan pusat pemakaian bahasa Melayu. Namun dengan banyaknya kata dalam bahasa Inggris yang diserap menjadi bahasa Indonesia lebih dikarenakan globalisasi mengingat penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional.

g.      Hubungan dengan Penutur Bahasa Jepang

Pendudukan Jepang di Indonesia yang selama tiga setengah tahun tidak meninggalkan warisan yang dapat bertahan melewati beberapa angkatan. Kata-kata serapan dari bahasa Jepang yang digunakan umumnya bukanlah hasil hubungan bahasa pada masa pendudukan, melainkan imbas kekuatan budaya, ekonomi dan teknologinya. Seperti dojo, anime, komik, manga, mangaka, kameko, cosu dan sagipuri.
3.       Kaidah Penyesuaian Ejaan Kata Serapan
Penyesuaian ejaan unsur serapan dilakukan dengan kaidah sebagai berikut:
1.       Aa menjadi a
Paal                 menjadi           pal
Octaaf             menjadi           oktaf
2.      Ae tetap ae, jika tidak bervariasi dengan e
Aerobe             menjadi           aerob
Aerodynamics menjadi           aerodinamika
3.       Ae menjadi e jika bervariasi dengan e
             Haemoglobin  menjadi           hemoglobin
             Haematite        menjadi           hematif
4.      Ai tetap ai
Trailer             menjadi           trailer
Caisson           menjadi           kaison
5.      au tetap au
Audiogram      menjadi           audiogram
Hydraulic        menjadi           hidralik
6.      c di muka a, u, o dan konsonan menjadi k
Cubic               menjadi           kubik
Crystal             menjadi           kristal
Coupe              menjadi           kup
Calomel           menjadi           kalomel
7.      c di muka e, i, dan y menjadi s
Central            menjadi           sentral
Cent                 menjadi           sen
Circulation      menjadi           sirkulasi
8.      cc di muka o, u, dan konsonan menjadi k
                  Accommodation          menjadi           akomodasi
                  Acclamation                menjadi           aklamasi
9.       cc di muka e dan i menjadi ks
Accent             menjadi           aksen
Vaccine           menjadi           vaksin
10.  ch dan cch di muka, a, o, dan konsonan menjadi k
Saccharin        menjadi           sakarin
11.  ch yang lafalnya s atau sy, menjadi s
Echelon           menjadi           eselon
Machine          menjadi           mesin
12.  ch, yang lafalnya c menjadi c
China              menjadi           cina
Check              menjadi           cek
13.  c (Sansekerta) menjadi s
Cabda             menjadi           sabda
Castra             menjadi           sastra
14.  e dan ee menjadi e
Apotheek         menjadi           apotek
15.  ea tetap ea
Idealist             menjadi           idealis
16.   ei tetap ei
Eicisane           menjadi           eikosan
Einsteinium     menjadi           einsteinium

17.  eo tetap eo
Stereo              menjadi           stereo
Geometry        menjadi           geometri
18.   eu tetap eu
Neutron           menjadi           neutron
Eugenol           menjadi           eugenol
19.  f tetap f
Factor             menjadi           faktor
Fossil               menjadi           fosil
20.  gh menjadi g
Sorghum          menjadi           sorgum
21.  Pada awal suku kata di muka vocal, tetap i
Ion                   menjadi           ion
Iota                  menjadi           iota
22.   ie jika lafalnya i menjadi i
Politiek            menjadi           politik
Riem                menjadi           rim
23.   ie tetap ie jika lafalnya bukan i
Patient             menjadi           pasien
Carrier            menjadi           karier
24.  kh (Arab) tetap kh
Akhir               menjadi           akhir
Tarikh              menjadi           tarikh
25.  ng tetap ng
Congress         menjadi           kongres
Contingent       menjadi           kontingen
26.  oo (Belanda) menjadi o
Komfoor          menjadi           komfor
Provoost          menjadi           provos
27.  oo (Inggris) menjadi u
Cartoon           menjadi           kartun
Proof               menjadi           pruf
28.   oo (vokal ganda) tetap oo
Coordination   menjadi           koordinasi
Zoology           menjadi           zoologi
29.  ou jika lafalnya au menjadi au
Bout                 menjadi           baut
Counter           menjadi           kaunter
30.  ou jika lafalnya u menjadi u
Coupon           menjadi           kupon
4.       Kaidah Penyesuaian Akhiran Asing
Akhiran-akhiran dari bahasa asing diserap sebagai bagian kata yang utuh. Jadi, kata seperti standardisasi, implementasi, dan objektif diserap secara utuh di samping diserap juga kata standar, implement, dan objek.
Kaidah Penyesuaian akhiran asing adalah sebagi berikut:
1)      -aat menjadi –at
Advokaat         menjadi           advokat
2)      -age menjadi –ase
Percentage      menajdi           persentase
3)      -air, -ary menjadi –er
Primair, primary         menajdi           primer

4)      -ant menjadi –an
Informant        menjadi           informan
5)      -archie, archy menjadi –arki
Monarchie       menjadi           monarki
6)      -(a)tie, (a)tion, menjadi –asi, -si
Publicatie, publication            menjadi           publikasi
7)         -eel, -aal, -el menjadi –al
 Structureel, structural menjadi           struktural
8)      -ein tetap –ein
Protein                        menajdi           protein
9)      -eur, or menjadi –ur
Directeur         menjadi           direktur
10)        -or tetap –or
Dictator           menjadi           diktator


DAFTAR PUSTAKA
______. 2012. Kata Serapan dalam Bahasa Indonesia. [Online] Tersedia : http://id.wikipedia.org/wiki/Kata_serapan_dalam_bahasa_Indonesia [15 September 2012]
Hadi, Abdul. 2009. Penulisan Kata Kata Asli dan Kata Serapan. [Online] Tersedia : http://basasin.blogspot.com/2008/11/penulisan-kata-serapan.html [15 September 2012]
Rechandy, Aditya. 2009. Aturan Penggunaan Kata Serapan. [Online] Tersedia : http://keluargasantososejahtera.blogspot.com/2011/04/aturan-penggunaan-kata-serapan.html [15 September 2012]

            

Monday 18 February 2013

Belajar dan Faktor - Faktor yang Mempengaruhinya


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Belajar merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dalam proses perkembangan dan pendewasaan seseorang yang belum dewasa. Secara singkat dapat dikatakan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan seseorang dari tidak bisa menjadi bisa. Ada banyak aspek yang dipelajari dalam belajar. Cara belajar pun memiliki keberagaman. Setiap karakter anak biasanya memiliki cara belajar yang berbeda. Seorang calon pendidik terutama calon guru SD perlu memahami bagaimana belajar itu. Oleh karena itu, segala hal tentang belajar akan dibahas dalam makalah ini.
B.     Rumusan Masalah
-          Apa pengertian belajar?
-          Apa saja ciri khas perilaku belajar?
-          Bagaimana perwujudan perilaku belajar?
-          Apa saja faktor yang mempengaruhi belajar?
C.     Tujuan Penulisan Makalah
-          Memenuhi salah satu tugas mata kuliah psikologi pendidikan
-          Mengetahui pengertian belajar
-          Mengetahui ciri khas perilaku belajar
-          Mengetahui perwujudan perilaku belajar
-          Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

BAB II
BELAJAR
A.    Pengertian Belajar
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut :
“Belajar ialah suatu proses usaha  yang dilakukan  seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”
Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Kalau tangan seorang anak menjadi bengkok karena patah tertabrak mobil, perubahan semacam itu tidak dapat digolongkan ke dalam perubahan dalam arti belajar. Demikian pula perubahan tingkah laku seseorang yang berada dalam keadaan mabuk, perubahan yang terjadi dalam aspek-aspek kematangan, pertumbuhan, dan perkembangan tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar.


B.     Ciri Khas Perilaku Belajar
a.       Terjadi perubahan secara sadar
Ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah, kebiasaannya bertambah. Jadi perubahan tingkah laku yang terjadi karena mabuk atau dalam keadaan tidak sadar, tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar, karena orang yang bersangkutan tidak menyadari akan perubahan itu.
b.      Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. Misalnya jika seorang anak belajar menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak dapat menulis menjadi dapat menulis. Perubahan ini terus berlangsung terus hingga kecakapan menulisnya menjadi lebih baik dan sempurna. Ia dapat menulis indah, dapat menulis dengan pulpen, dapat menulis dengan kapur, dan sebagainya. Di samping itu dengan kecakapan menulis yang telah dimilikinya ia dapat memperoleh kecakapan lain misalnya, dapat menulis surat, menyalin catatan-catatan, mengerjakan soal-soal dan sebagainya.

c.       Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian makin banyak usaha belajar yang dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri. Misalnya perubahan tingkah laku karena proses kematangan yang terjadi dengan sendirinya karena dorongan dari dalam, tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar.
d.      Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan yang bersifat sementara atau temporer terjadi hanya untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, bersin, menangis dan sebagainya, tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap. Misalnya, kecakapan seorang anak dalam memainkan piano setelah belajar, tidak akan hilang begitu saja melainkan akan terus dimiliki bahkan akan makin berkembang kalau terus dipergunakan atau dilatih.
e.       Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perbuatan belajar terarah kepada tingkah laku yang benar-benar disadari. Misalnya seseorang yang belajar mengetik, sebelumnya sudah menetapkan apa yang mungkin dapat dicapai dengan belajar mengetik, atau tingkat kecakapan mana yang akan dicapainya. Dengan demikian perbuatan belajar yang dilakukan senantiasa terarah kepada tingkah laku yang telah ditetapkannya.
f.       Perubahan mencakup seluruh aspek perubahan
Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seorang belajar sesuatu, sebagai haslnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan dan sebagainya.
Sebagai contoh jika seorang anak telah belajar naik sepeda, maka perubahan yang paling tampak ialah dalam keterampilan naik sepeda itu. Akan tetapi ia telah mengalami perubahan-perubahan lainnya seperti pemahaman tentang cara kerja sepeda, pengetahuan tentang jenis-jenis sepeda, pengetahuan tentang alat-alat sepeda, cita-cita untuk memiliki sepeda yang lebih bagus, kebiasaan membersihkan sepeda dan sebagainya. Jadi aspek perubahan yang satu berhubungan erat dengan aspek lainnya.
C.     Jenis-jenis Belajar
a.       Belajar bagian (part learning, fractioned learning)
Umumnya belajar bagian dilakukan oleh seseorang bila ia dihadapkan pada materi belajar yang bersifat luas atau ekstensif, misalnya mempelajari sajak ataupun gerakan-gerakan motoris seperti bermain silat. Dalam hal ini individu memecah seluruh materi pelajaran menjadi bagian-bagian yang satu sama lain berdiri sendiri. Sebagai lawan dari cara belajar bagian adalah cara belajar keseluruhan atau belajar global.
b.      Belajar dengan wawasan (learning by insight)
Konsep ini diperkenalkan oleh W. Kohler, salah seorang tokoh Psikologi Gestalt pada permulaan tahun 1971. Sebagai suatu konsep, wawasan (insight) ini merupakan pikiran pokok utama dalam pembicaraan psikologi belajar dan proses berfikir. Dan meskipun W. Kohler sendiri dalam menerangkan wawasan berorientasi pada data yang bersifat tingkah laku (perkembangan yang lembut dalam menyelesaikan suatu persoalan dan kemudian secara tiba-tiba menjadi reorganisasi tingkah laku) namun tidak urung wawasan ini merupakan konsep yang secara prisnsipil ditentang oleh penganut aliran neo-behaviorisme. Menurut Gestalt teori wawasan merupakan proses mereorganisasikan pola-pola tingkah laku yang telah terbentuk menjadi satu tingkah laku yang ada hubungannya dengan penyelesaian satu tingkah laku yang ada hubungannya dengan penyelesaian suatu persoalan. Sedangkan bagi kaum neo-behaviorisme (antara lain C. E. Osgood) menganggap wawasan sebagai salah satu bentuk atau stimulus dari asosiasi stimulus respons ( SR ). Jadi masalah bagi penganut neo-behaviorisme ini justru bagaimana menerangkan reorganisasi pola-pola tingkah laku yang telah terbentuk tadi menjadi suatu persoalan. Dalam pertentangan ini barangkali jawaban yang memuaskan adalah jawaban yang dikemukakan oleh G.A. Miller, yang menganjurkan behaviorisme subjektif. Menurut pendapatnya, wawasan barangkali merupakan kreasi dari “rencana penyelesaian” (meta program) yang mengontrol rencana-rencana subordinasi lain (pola tingkah laku) yang telah terbentuk.
c.       Belajar diskriminatif (discriminatif learning)
Belajar diskriminatif diartikan sebagai suatu usaha untuk memilih beberapa sifat situasi/stimulus dan kemudian menjadikannya sebagai pedoman dalam bertingkah laku. Dengan pengertian ini maka dalam eksperimen, subjek diminta untuk berespon secara berbeda-beda terhadap stimulus yang berlainan.
d.      Belajar global/keseluruhan (global whole learning)
Di sini bahan pelajaran dipelajari secara keseluruhan berulang sampai pelajar menguasainya; lawan dari metode belahar bagian. Metode belajar ini sering juga disebut metode Gestalt.
e.       Belajar insidental (incidental learning)
Konsep ini bertentangan dengan anggapan bahwa belajar selalu berarah-tujuan (intensional). Sebab dalam belajar insidental pada individu tidak ada sama sekali kehendak untuk belajar. Atas dasar ini maka kepentingan penelitian, disusun perumusan operasional sebagai berikut: belajar disebut insidental bila tidak ada instruksi atau petunjuk yang diberikan pada individu mengenai materi belajar yang akan diujikan kelak. Dalam kehidupan sehari-hari, belajar insidental ini merupakan hal yang sangat penting. Oleh karena itu di antara para ahli belajar insidental ini merupakan bahan pembicaraan yang sangat menarik, khususnya sebagai bentuk belajar yang bertentangan dengan belajar intensional. Dari salah sau penelitian ditemukan bahwa dalam belajar insidental (dibandingkan dengan belajar intensional), jumlah frekuensi materi belajar yang diperlihatkan tidak memegang peranan penting, prestasi individu yang diperlihatkan tidak memegang peranan penting, prestasi individu menurun dengan meningkatnya motivasi.
f.       Belajar instrumental (instrumental learning)
Pada belajar, reaksi-reaksi seorang siswa yang diperlihatkan diikuti oleh tanda-tanda yang mengarah pada apakah siswa tersebut akan mendapat hadiah, hukuman, berhasil atau gagal. Oleh karena itu cepat atau lambatnya seseorang belajar dapat diatur dengan jalan memberikan penguat (reinforcement) atas dasar tingkat-tingkat kebutuhan. Dalam hal ini maka salah satu bentuk belajar instrumental yang khusus adalah “pembentukan tingkah laku”. Di sini individu diberi hadiah bila ia bertigkah laku sesuai dengan tingkah laku yang dikehendaki, dan sebaliknya ia dihukum bila ia memperlihatkan tingkah laku yang tidak sesuai dengan yang dikehendaki. Sehingga akhirnya akan terbentuk tingkah laku tertentu.
g.      Belajar intensional (intentional learning)
Belajar dalam arah tujuan, merupakan lawan dari belajar insidental.
h.      Belajar laten (latent learning)
Dalam belajar laten, perubahan-perubahan tingkah laku yang terlihat tidak terjadi secara segera, dan oleh karena itu disebut laten. Selanjutnya eksperimen yang dilakukan terhadap binatang mengenai belajar laten, menimbulkan pembicaraan yang hangat di kalangan penganut behaviorisme, khususnya mengenai peranan faktor penguat (reinforcement) dalam belajar. Rupanya penguat dianggap oleh penganut behaviorisme ini bukan faktor atau kondisi yang harus ada dalam belajar. Dalam penelitian mengenai ingatan, belajar laten ini diakui memang ada yaitu dalam bentuk belajar insidental.
i.        Belajar mental (mental learning)
Perubahan kemungkinan tingkah laku yang terjadi di sini tidak nyata terlihat, melainkan hanya berupa perubahan proses kognitif karena ada bahan yang dipelajari. Ada tidaknya belajar mental ini sangat jelas terlihat pada tugas-tugas yang sifatnya motoris. Sehingga perumusan operasional juga menjadi sangat berbeda. Ada yang mengartikan belajar mental sebagai belajar dengan cara melakukan observasi dari tingkah laku orang lain, membayangkan gerakan-gerakan orang lain dan lain-lain.
j.        Belajar produktif (productive learning)
R. Berguis (1964) memberikan arti belajar produktif sebagai belajar dengan transfer yang maksimum. Belajar adalah mengatur kemungkinan untuk melakukan transfer tingkah laku dari satu situasi ke situasi lain. Belajar disebuut produktif  bila individu mampu mentransfer prinsip menyelesaikan satu persoalan dalam satu situasi ke situasi lain.


k.      Belajar verbal (verbal learning)
Belajar verbal adalah belajar mengenai materi verbal dengan melalui latihan dan ingatan. Dasar dari belajar verbal diperlihatkan dalam eksperimen klasik dari Ebbinghaus. Sifat eksperimen ini meluas dari belajar asosiatif mengenai hubungan dua kata yang tidak bermakna sampai pada belajar dengan wawasan mengenai penyelesaian persoalan yang kompleks yang harus diselesaikan secara verbal.
D.    Faktor yang memperngaruhi belajar
Faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.
A.    Faktor- faktor Intern
Di dalam membicarakan faktor intern ini, akan dibahas menjadi tiga faktor, yaitu : faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan.
1.      Faktor Jasmaniah
a.       Faktor kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya/bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya.
Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan-gangguan/kelainan-kelainan fungsi alat inderanya serta tubuhnya.
b.      Cacat tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan. Cacat itu dapat berupa buta, setengah buta, tuli, setengah tuli, patah kaki, dan patah tangan, lumpuh dan lain-lain.
Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu.
2.      Faktor Psikologis
Sekurang-kurangnya ada tujuh faktir yang tergolong ke dalam fantor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah : intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kelelahan. Uraian berikut ini akan membahas faktor-faktor tersebut.
a.       Intelegensi
Untuk memberikan pengertian tentang intelegensi, J. P. Chaplin merumuskannya sebagai
(1)   The ability to meet and adapt to novel situations quickly and effectively.
(2)   The ability to utilize abstract concepts effectively.
(3)   The ability to grasp relationships and to learn quickly.
Jadi intelegensi itu adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi lebih tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. Walaupun begitu siswa yang mempunyai tingkat intelegensi lebih tinggi belum pasti berhasil dalam belajarnya. Hal ini disebabkan karena belajar adalah suatu proses yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya, sedangkan intelegensi adalah salah satu faktor di antara yang lain. Jika faktor lain itu bersifat menghambat/berpengaruh negatif terhadap belajar, akhirnya siswa gagal dalam belajarnya. Siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang normal dapat berhasil dengan baik dalam belajar, jika ia belajar dengan baik, artinya belajar dengan menerapkan belajar yang efisien dan faktor-faktor yang mempengaruhi belajarnya (faktor jasmaniah, psikologi, keluarga, sekolah, masyarakat) memberi pengaruh yang positif. Jika siswa memiliki intelegensi yang rendah, ia perlu mendapat pendidikan di lembaga pendidikan khusus.
b.      Perhatian
Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbulah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, usahakan bahan pelajaran selalu menarik perhatian dengan cara mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau bakatnya.
c.       Minat
Hilgard memberi rumusan tentang minat adalah sebagai berikut : “Interest is persisting tendency to pay attention to and enjoy some activity or content.”
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan memegang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara (tidak dalam waktu yang lama) dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan.
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Ia segan-segan untuk belajar, ia tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar.
d.      Bakat
Bakat atau aptitude menurut Hilgard: “the capacity to learn”. Dengan perkataan lain bakat adalah kemampuan untk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Orang yang berbakat mengtik, misalnya akan lebih cepat dapat mengetik dengan lancar dibandingkan dengan orang lain yang kurang/tidak berbakat di bidang itu.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa bakat itu mempengaruhi belajar. Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah sekanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya itu. Adalah penting untuk mengetahui bakat siswa dan menempatkan siswa belajar di sekolah yang sesuai dengan bakatnya.
e.       Motif
James Drever memberikan pengertian tentang motif sebagai berikut : Motive is an effective-conative factor which operates in determining the direction of an individual’s behavior towards and end or goal, consioustly apprehended unconsioustly.
Jadi motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motif itu sendiri sebagai daya penggerak/pendorongnya.
Dalam proses belajar siswa haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan/menunjang belajar. Motif-motif di atas juga dapat ditanamkan kepada diri siswa dengan cara memberikan latihan-latihan/kebiasaan-kebiasaan yang kadang-kadang juga dipengaruhi oleh keadaan lingkungan. Dari uraian di atas jelaslah bahwa motif yang kuat sangatlah perlu di dalam belajar, di dalam membentuk motif yang kuat itu dapat dilaksanakan dengan adanya latihan-latihan/kebiasaan-kebiasaan dan pengaruh lingkungan yang memperkuat, jadi latihan/kebiasaan itu sangat perlu dalam belajar.
f.       Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Misalnya anak dengan kakinya sudah siap untuk berjalan, tangan dengan jari-jarinya sudah siap untuk menulis, dengan otaknya sudah siap untuk berpikir abstrak dan lain-lain. Kematangan belum berarti anak dapat melaksanakan kegiatan secara terus menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dan pelajaran. Dengan kata lain anak yang sudah siap (matang) belum dapat melaksanakan kecakapannya sebelum belajar. Belajarnya akan lebih berhasil jika anak sudah siap (matang). Jadi kemajua baru untuk memiliki kecakapan itu dari kematangan dan belajar.
g.      Kesiapan
Kesiapan atau readiness  menurut Jamies Drever adalah :  Preparedness to respond or react. Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi reponse atau bereaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.
3.      Faktor Kelelahan
Kelelahan pada seseorang walaupun sulit dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis).
Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena terjadi kekacauan substansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah tidak/kurang lancar pada bagian-bagian tertentu.
Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala dengan pusing-pusing sehingga sulit untuk berkonsentrasi, seolah-olah otak kehabisan daya untuk bekerja. Kelelahan rohani dapat terjadi terus-menerus memikirkan masalah yang dianggap berat tanpa istirahat, menghadapi hal-hal yang selalu sama/konstan tanpa ada variasi, dan mengerjakan sesuatu karena terpaksa dan tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatiannya.
Dari uraian di atas dapatlah dimengerti bahwa kelelahan itu mempengaruhi belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya. Sehingga perlu diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan.
Kelelahan baik seara jasmani maupun rohani dapat dihilangkan dengan cara-cara berikut :
1.      Tidur
2.      Istirahat
3.      Mengusahakan variasi dalam belajar, juga dalam bekerja
4.      Menggunakan obat-obatan yang bersifat melancarkan peredaran darah misalnya obat gosok
5.      Rekreasi dan ibadah teratur
6.      Olahraga secara teratur dan
7.      Mengimbangi makan dengan makanan yang memenugi syarat-syarat kesehatan misalnya yang mmenuhi empat sehat lima sempurna
8.      Jika kelelahan sangat serius cepat-cepat menghubungi seorang ahli misalnya dokter, psikiater, konselor dan lain-lain.
B.     Faktor-faktor Ekstern
Faktor ektern yang berpengaruh terhadap belajar, dapatlah dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. Uraian berikut membahas ketiga faktor tersebut.
1.      Faktor Keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.
a.       Cara Orang Tua Mendidik
Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anaknya. Hal ini jelas dan dipertegas oleh Sutjipto Wirwidjodjo dengan pertanyaannya yang menyatakan bahwa : keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara, dan dunia. Melihat pernyataan di atas, dapatlah dipahami betapa pentingnya peranan keluarga di dalam pendidikan anaknya. Cara orang tua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap belajarnya.
Orang tua yang kurang/tidak memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan/melengkapi alat belajarnya, tidak memperhatikan apakah anaknya belajar atau tidak, tidak mau tahu bagaimanakah kemajuan anaknya, kesulitan-kesulitan yang dialami dalam belajar, dan lain-lain, dapat menyebabkan anak tidak/kurang berhasil dalam belajarnya. Mungkin anak sendiri sebetulnya pandai, tetapi karena cara belajarnya tidak teratur, akhirnya kesukaran-kesukaran menumpuk sehingga mengalami ketinggalan dalam belajarnya dan akhirnya anak malas belajar. Hasil yang didapatkan, nilai/hasil belajarnya tidak memuaskan bahkan mungkin gagal dalam studinya. Hal ini dapat terjadi pada anak dari keluarga yang kedua orang tuanya terlalu sibuk mengurus pekerjaan mereka atau kedua orang tua memang tidak mencintai anaknya.
Mendidik anak dengan cara memanjakannya adalah cara mendidik yang tidak baik. Orang tua yang terlalu kasihan terhadap anaknya tak sampai hati untuk memaksa anaknya belajar, bahkan membiarkan saja jika anaknya tidak belajar dengan alasan segan adalah tidak benar, karena jika hal itu dibiarkan berlarut-laru anak menjadi nakal, berbuat seenaknya saja, pastilah belajarnya menjadi kacau. Mendidik anak dengan cara memperlakukannya terlalu keras, memaksa dan mengejar-ngejar anaknya untuk belajar, adalah cara mendidik yang juga salah. Dengan demikian anak tersebut diliputi ketakutan dan akhirnya benci terhadap belajar, bahkan jika ketakutan itu semakin serius anak mengalami gangguan kejiwaan akibat dari tekanan-tekanan tersebut. Orang tua yang seperti itu biasanya menginginkan anaknya mencapai prestasi yang sangat baik, atau mereka mengetahui anaknya bodoh tapi tidak tahu apa yang menyebabkan sehingga anak dikejar-kejar untuk mengatasi/mengejar kekurangannya. Disinilah bimbingan dan penyuluhan memegang peranan yang penting, anak/siswa yang mengalami kesukaran-kesukaran di atas dapat ditolong dengan memberikan bimbingan belajar yang sebaik-baiknya. Tentu saja keterlibatan orang tua akan sangat mempengaruhi keberhasilan bimbingan tersebut.
b.      Relasi Antaranggota Keluarga
Relasi antaranggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga yang lain pun turut mempengaruhi belajar anak. Wujud relasi itu misalnya apakah hubungan itu penuh dengan kasih sayang dan pengertian, ataukah diliputi kebencian, sikap yang terlalu keras ataukah sikap yang acuh tak acuh dan sebagainya. Begitu juga jika relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga yang lain tidak baik, akan dapat menimbulkan problem yang sejenis.
Sebetulnya reaksi antaranggota keluarga ini erat hubungannya dengan cara orang tua mendidik. Uraian cara orang tua mendidik di atas menunjukkan relasi yang tidak baik. Relasi semacam itu akan menyebabkan perkembangan anak terhambat, belajarnya terganggu dan bahkan dapat menimbulkan masalah-masalah psikologis yang lain.
Demi kelancaran belajar serta keberhasilan anak perlu diusahakan relas yang baik di dalam keluarga anak tersebut. Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh dengan pengertian dan kasih sayang, disertai dengan bimbingan dan bila perlu hukuman-hukuman untuk mensukseskan belajar anak sendiri.
c.       Suasana rumah.
Suasana rumah adalah situasi atau kejadian-kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga dimana anak berada dan belajar. Rumah yang tegang, ribut dan sering terjadi cekcok akan menyebabkan anak menjadi bosan dirumah, suka keluar rumah, akibatnya belajarnya menjadi kacau. Agar anak dapat belajar dengan baik perlu diciptakan suasana rumah yang tenang dan tentram. Di dalam rumah yang tentram anak akan dapat belajar dengan baik.
d.      Keadaan ekonomi keluarga.
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokok seperti makan dan pakaian juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, buku, pensil dan lain-lainnya. Fasilitas belajar ini hanya dapat dipenuhi jika keluarga memiliki cukup uang.
e.       Pengertian orang tua.
Anak yang belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar hendaknya tidak diganggu dengan tugas-tugas di rumah. Terkadang anak juga mengalami lemah semangat sehingga orang tua wajib memberi pengertian dan dorongan.

f.       Latar belakang kebudayaan.
Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Oleh karena itu perlu ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik pada anak agar anak semangat dalam belajar.
2.      Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar meliputi :
a.       Metode mengajar.
Metode mengajar adalah cara yang harus dilalui di dalam mengajar. Dalam megajar, cara-cara mengajar dan serta cara belajar haruslah setepat-tepatnya dan seefisien serta seefektif mungkin. Guru harus berani mencoba metode-metode baru yang dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajardan menungkatkan motivasi belajar siswa.
b.      Kurikulum.
Kurikulum adalah sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran tersebut. Jelaslah bahwa bahan pelajaran itu mempengaruhi belajar siswa.
c.       Relasi guru dengan siswa.
Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana tidak akan melihat bahwa di dalam kelas ada grup yang saling bersaing secara tidak sehat. Jiwa kelas tidak terbina bahkan hubungan masing-masing siswa tidak tampak. Oleh karena itu perlu diciptakan suasana yang menunjang timbulnya relasi yang baik antar siswa, agar dapat memberikan pengaruh positif terhadap belajar siswa.
d.      Disiplin sekolah.
Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar, kedisiplinan pegawai serta kedisiplinan kepala sekolah dalam mengelola seluruh staf beserta siswa-siswanya. Seluruh staf sekolah yang mengikuti tata tertib dan bekerja dengan disiplin membuat siswa menjadi disiplin pula. Selain itu juga memberikan pengaruh positif terhadap belajarnya.
e.       Alat pelajaran.
Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah menerima dan menguasai pelajaran maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan lebih maju.
f.       Waktu sekolah.
Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah. Waktu sekolah juga mempengaruhi belajar siswa. Waktu belajar pagi hari adalah waktu yang baik karena pikiran masih segar dan jasmani dalam kondisi baik. Sedangkan waktu sore hari kurang baik karena sore hari adalah waktu dimana siswa beristirahat, tetapi terpaksa masuk sekolah. akibatnya siswa menerima pelajaran sambil mengantuk. Jadi memilih waktu sekolah yang tepat akan memberikan pengaruh positif terhadap belajar siswa.
g.      Standar pelajaran di atas ukuran.
Perkembangan psikis dan kepribadian siswa berbeda-beda sehingga membuat penguasaan siswa terhadap materi juga berbeda pula. Guru dalam menuntut penguasaan materi harus sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing.Yang penting tujuan yang telah dirumuskan dapat dicapai.
h.      Keaadan gedung.
Dengan jumlah siswa yang banyak serta variasi karakteristik mereka masing-masing menuntut keadaan gedung yang memadai dalam setiap kelas. Dengan kondisi gedung yang baik akan membuat siswa belajar dengan enak dan nyaman.
i.        Metode belajar.
Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang salah. Oleh karena itu guru perlu memberikan bimbingan dan pembinaan agar siswa dapat mengatur waktu dengan baik dan memilih cara belajar yang tepat. Dengan demikian siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya.
j.        Tugas rumah.
Waktu belajar bagi siswa selain disekolah juga di rumah. Tetapi guru hendaknya tidak memberikan tugas rumah terlalu banyak karena ada kegiatan lain selain belajar yang juga harus dikerjakan anak-anak
3.      Faktor masyarakat
Masyarakat merupakan faktor eksternal yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena siswa berada dalam masyarakat. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa yaitu :
a.       Kegiatan siswa dalam masyarakat.
Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa mengambil bagian terlalu banyak akan mengganggu belajarnya. Oleh karena itu kegiatan siswa dalam masyarakat perlu dibatasi agar tidak mengganggu belajarnya.
b.      Mass media (Media Masa).
Yang termasuk mass media antara lain bioskop, radio, TV dan surat kabar. Mass media bisa memberikan pengaruh yang baik terhadap siswa dan belajarnya . Tetapi mass media juga bisa memberikan pengaruh yang buruk terhadap siswa. Oleh sebab itu siswa perlu mendapat bimbingan dan kontrol yang cukup bijaksana dari orang tua dan pendidik baik di dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.



c.       Teman bergaul.
Pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk kedalam jiwanya daripada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa. Begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang jelek pasti mempengaruhi yang bersifat jelek pula. Agar siswa dapat belajar dengan baik maka perlu diusahakan agar mereka memiliki teman bergaul yang baik. Selain itu juga diperlukan pembinaan dan pengawasan dari orang tua dan pendidik.
d.      Bentuk kehidupan masyarakat.
Lingkungan di sekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi dan orang-orang yang memiliki kebiasaan tidak baik akan berpengaruh buruk terhadap siswa yang ada disitu. Sebaliknya jika lingkungan anak adalah orang-orang terpelajar yang baik maka hal tersebut akan mendorong siswa untuk berbuat baik. Dengan demikian perlu diusahakan lingkungan yang baik agar dapat memberi pengaruh yang positif terhadap siswa sehingga siswa dapat belajar dengan sebaik-baiknya.





BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Belajar ialah suatu proses usaha  yang dilakukan  seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Terdapat banyak perbedaan belajar dalam hal ciri khas perilaku belajar, perwujudan perilaku belajar, dan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaiful Bahri. (2010). Psikologi Belajar. Jakarta:Rineka Cipta.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:Rineka Cipta.
Supriatna, Yatna. (2012). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa. [Online]. Tersedia: http://orangmajalengka.blogspot.com/2012/06/faktor-yang-mempengaruhi-hasil-belajar.html [17 November 2012]