Tuesday 5 April 2016

Curhat 5 April 2016 : Menghadapi Konflik dengan Berpandangan Netral.

Sudah lama sekali, sangat lama ini blog gak saya kunjungi dan isi dengan tulisan apapun.

2015 yang luar biasa sudah berlalu dengan kisah petualangan Thailand dan Malaysia yang cetar membahana. Nanti saya posting cerita lengkapnya kalau sudah senggang dan ada moodnya. Yah, karena sekarang saya lagi mood curhat.

Akhir-akhir ini perasaan saya sering tidak karuan. Ketidakkaruanan tersebut sebisa mungkin saya tumpahkan dengan bekerja, bekerja, dan bekerja. Alhamdulillah, gaji yang saya terima hari ini adalah yang terbesar sejak saya bekerja di bimbel. Maklum, dengan status mahasiswa yang masih menempel saya berstatus freelance di tempat kerja jadi ya gajinya gak tetap dan tergantung seberapa banyak jadwal yang saya dapat di bulan tersebut.

Bekerja dengan banyak jadwal, kadang sampe lari-lari dari rumah ke lokasi, jadi instruktur pengganti, itu semua saya jalani dan saya nikmati sebagi proses untuk meningkatkan kualitas diri dalam berbagai aspek yang berkaitan dengan pekerjaan. Bagaimana caranya berkomunikasi dengan atasan, sesama rekan kerja, siswa bimbel. Selelah apapun tetap berusaha berpikir positif dan yakin bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan usaha hambanya.

Akan tetapi, tidak semua orang memiliki pemikiran sama. Konflik terjadi. Meskipun tidak sampai ramai ke semua orang, hanya orang-orang tertentu saja yang tau, disinilah saya merasa ditempa untuk memahami respon orang lain ketika melihat sejauh apa langkah dan kemajuan maupun kemunduran yang dilakukan oleh diri sendiri. Sempat tersulut ya wajar, tapi saya memutuskan untuk diam saja, tidak menanggapi, tidak memikirkan, dan tidak ambil pusing. Dibandingkan dengan konflik yang menempa, saya pikir lebih baik saya tetap fokus pada pencapaian belajar siswa dan bagaimana proses yang saya lakuka  untuk mencapai target tersebut. Saya tidak membahas seputar konflik kepada siapapun lagi, meskipun ya saya tulis disini dengan sangat tidak rinci. Kepada orang-orang yang saya kira terlibat pun saya tidak berfikir negatif kepada mereka. Sulit memang, awalnya. Tetapi saya putuskan untuk mengembalikan penilaian saya kepada semua orang menjadi 0, tidak ada pikiran positif dan tidak ada pikiran negatif. Apapun yang saya pikirkan tergantung orang lain memperlakukan saya dan sebisa mungkin saya memperlakukan orang lain dengan baik.

Ternyata dengan berpikir seperti itu, saya bisa menghapuskan semua prasangka kepada orang lain, saya tidak berpikir siapa yang memulai siapa yang salah siapa yang memicu maupun siapa yang bertanggungjawab atas hal ini. Saya lempeng-lempeng aja. Dan saya bisa bersikap ramah seperti biasa kepada semua orang, mengobrol seperti biasa, bersenda gurau, diskusi, dan hal lainnya yang selayaknya dilakukan oleh sesama rekan instruktur bimbel.

Dari situlah saya belajar bahwa sekeras apapun kita berusaha melakukan hal positif, tetap saja orang lain yang merespon dengan cara dan pandangan yang berbeda-beda. Juga, dengan tetap mengunci prasangka netral, sikap semakin terjaga sehingga saya bisa lebih mawas diri dalam mengambil sikap dan setiap langkah yang saya lakukan.

Sebuah pelajaran berharga yang mungkin tidak semua orang dapatkan.