Sunday 12 May 2013

Hakikat Perkembangan Anak Didik Usia Sekolah Dasar

BAB I
PENDAHULUAN
                                                                          
A. Latar Belakang
Dewasa ini, masih banyak orang yang kurang memahami akan konsep perkembangan anak sekolah dasar. Hal itu dikarenakan banyak hal, diantaranya kurangnya kepedulian terhadap apa yang hadir dalam setiap perkembangan yang dilalui anak. Oleh karena itu, makalah ini dibuat untuk mencoba memaparkan konsep perkembangan anak sekolah dasar  yang akan menjadi salah satu referensi dalam memahami konsep perkembangan tersebut.
Perkembangan anak usia sekolah dasar disebut juga perkembangan masa pertengahan dan akhir anak yang merupakan kelanjutan dari masa awal anak. Permulaan masa pertengahan dan akhir ini ditandai dengan terjadinya perkembangan fisik, motorik, kognitif, dan psikososial anak.
            Masalah mengenai konsep perkembangan ini, akan menjadi kompleks ketika ada satu tahap perkembangan yang terlewati karena kurangnya pemahaman 
Sehingga pemahaman mengenai hal tersebut pun menjadi sangat penting untuk di pahami.
           
B. Rumusan Masalah
1.      Bagaimana hakikat perkembangan anak didik usia sekolah dasar ?
2.      Apa saja hal-hal yang berkaitan dengan hakikat perkembangan anak
didik di sekolah dasar ?
3.      Bagaimana perkembangan anak sekolah dasar ?

C. Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui dan memahami hakikat perkembangan anak didik usia sekolah dasar.
2.      Mengetahi dan memahami hal-hal yang berkaitan dengan hakikat perkembangan anak didik di sekolah dasar.
3.      Mengetahui dan memahami perkembangan anak sekolah dasar.
D. Metode Penulisan
            Makalah konsep perkembangan anak sekolah dasar ini, dibuat berdasarkan hasil studi pustaka. Yang dilakukan untuk memenuhi materi yang memerlukan referensi dari buku-buku yang terkait dengan permasalahan.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Perkembangan Anak Didik Usia SD
1.      Pengertian Perkembangan dan Pertumbuhan
Istilah perkembangan seringkali digandengkan dengan pertumbuhan, kematangan, dan perubahan. Satu sama lain memiliki hubungan yang sangat erat.  Pada dasarnya merupakan perubahan, yaitu perubahan menuju ke tahap yang lebih tinggi atau lebih sempurna. Ada beberapa perbedaan antara pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan berkaitan dengan aspek  jasmaniah, sedangkan perkembangan menyangkut aspek rohaniah. Pertumbuhan menunjukan perubahan kuantitas sedangkan perkembangan menunjukkan kualitas. Dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan berkenaan dengan penyempurnaan struktur sedangkan perkembangan berkenaan dengan penyempurnaan fungsi  dalam hal ini tersangkut juga perihal kematangan yang merupakan saat atau masa yang terbaik bagi berfungsinya aspek-aspek kepribadian tertentu. Contoh: Usia satu tahun adalah masa kematangan bayi untuk berjalan, usia enam tahun bagi kemampuan membaca, menulis, dan berhitung.  Selain itu pertumbuhan suatu aspek tertentu akan berhenti atau berakhir bila telah maksimal, sedangkan perkembangan terus berlangsung sampai akhir hidupnya.
Berikut ini adalah uraian mengenai aspek-aspek tersebut :
1.      Perkembangan (development)
Menurut Hawadi (2001) dalam Desmita (2005: 4), “Perkembangan secara luas menunjuk kepada keseluruhan proses perubahan dari potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kualitas kemampuan, sifat dan ciri-ciri yang baru. Dalam istilah perkembangan juga tercakup konsep usia yang diawali dari saat pembuahan dan yang berakhir kematian.”
Menurut Santrock & Yussen (1992) dalam Amin Budiamin, dkk (2006: 2), “Perkembangan adalah pola perubahan individu yang berawal pada konsepsi dan terus berlangsung sepanjang hayat. Namun tidak setiap perubahan merupakan perkembangan.
Dengan belajar, perilaku individu juga bisa berubah. Demikian pula faktor peristiwa atau pengaruh penggunaan obat tertentu, individu juga bisa berubah. Untuk itu perlu ada penjelasan lebih rinci tentang perubahan yang dimaksud sebagai perkembangan.
Pertama, perubahan dalam arti perkembangan terutama berakar pada unsur biologis (Bjorklund& Bjorklund, 1992) dalam Amin Budiamin, dkk (2006: 2). Pengalaman-pengalaman atau aktivitas-aktivitas khusus anak dapat menimbulkan perubahan pada diri yang bersangkutan. Misalnya, seorang anak yang berlatih menari menjadi terampil menari; anak yang belajar matematika atau berhitung menjadi mahir dalam mengerjakan soal-soal hitungan: atau anak yang  belajar bernyanyi menjadi piawai dalam bernyanyi, melainkan lebih merupakan perubahan dalam arti belajar, yakni perubahan yang lebih singkat dan merupakan fungsi langsung dari pengalaman-pengalaman khusus yang diupayakan. Perubahan dalam arti perkembangan lebih berkaitan dengan fungsi waktu dan kematangan biologis sehingga terjadi dalam periode yang lebih lama dan bersifat umum, tidak terkaitkan dengan peristiwa atau pengalaman khusus tertentu. Namun tak dapat dipungkiri bahwa pengalaman belajar yang dialami seseorang akan mempengaruhi proses perkembangan yang bersangkutan.
Kedua, perkembangan dapat mencakup perubahan baik dalam struktur maupun fungsi (Bjorklund & Bjorklund, 1996) dalam Amin Budiamin, dkk (2006: 3). Perubahan dalam struktur lazimnya merujuk kepada perubahan fisik baik dalam hal ukuran maupun bentuknya (seperti perubahan lengan, kaki, otot, jaringan syaraf, atau bagian-bagian tubuh lainnya) sedangkan perubahan fungsi mengacu kepada perubahan dalam hal aktivitas yang secara inheren terdapat dalam struktur fungsi tersebut (seperti kelenturan otot, keterampilan bergerak, kemampuan berpikir, reaksi-reaksi emosional, dan perubahan-perubahan sejenis lainnya). Dengan kata lain, perubahan struktur mengacu kepada perubahan wujud jasadnya, sedangkan perubahan fungsi mengacu kepada perubahan aspek mental atau aktivitas yang ditimbulkan sehubungan  dengan adanya perubahan dalam jasad tersebut.
Ketiga, perubahan dalam arti perkembangan dalam arti terpola, teratur, terorganisasi, dan dapat diprediksi (Bjorklund & Bjorklund, 1992; Santrock & Yussen, 1992) dalam Amin Budiamin, dkk (2006: 3). Ini berarti bahwa secara normal, perkembangan individu mengikuti pola-pola tertentu yang sudah dapat diketahui dan diperkirakan. Misalnya, seorang anak akan bisa duduk setelah bisa menelungkup, akan merangkak setelah duduk, dan akan berjalan setelah merangkak. Lebih jauh dari itu, bahkan waktu terjadinyapun dapat diperkirakan. Sebagai contoh, anak bisa duduk sendiri pada sekitar usia 6 bulan, bisa merangkak sekitar usia 7 bulan, bisa berjalan sendiri sekitar usia 11-12 bulan, bisa mengucapkan kata pertama pada usia 10-12 bulan, lebih menyenangi aktivitas bermain simbolik  pada kira-kira usia  sekitar 4-5 tahun, dan lebih menyenangi aktivitas permainan (games) yang melibatkan aturan pada sekitar usia 7-8 tahun.
Keempat, meskipun bersifat terpola, perkembangan juga bersifat unik bagi setiap individu (Bjorklund & Bjorklund, 1992; Santrock &Yussen, 1992) dalam Amin Budiamin, dkk (2006: 3). Dalam hal ini Santrock & Yussen (1992) dalam Amin Budiamin, dkk (2006: 3) menyatakan sebagi berikut: “Each of us develops in certain ways like all other individuals, and like no other individuals”. Artinya, masing-masing kita berkembangan dalam cara-cara tertentu seperti semua individu yang lain, seperti beberapa individu yang lain, dan seperti tidak ada individu yang lain. Jadi di samping adanya kesamaan-kesamaan umum dalam pola-pola perkembangan  yang dialami oleh setiap individu, terjadinya variasi individual dalam perkembangan anak  bisa terjadi pada setiap saat. Hal ini terjadi karena perkembangan itu sendiri merupakan suatu perubahan yang kompleks, melibatkan berbagai unsur  yang saling berpengaruh satu sama lain.
Kelima, perubahan dalam arti perkembangan terjadi secara bertahap (Seifert & Hoffnung) dalam Amin Budiamin, dkk (2006: 3) dalam jangka waktu yang relatif lama (Bjorklund & Bjorklund) dalam Amin Budiamin, dkk (2006: 3). Maksudnya bahwa perubahan dalam arti perkembangan  bukan merupakan perubahan yang sifatnya sesaat, melainkan terjadi dalam suatu proses yang berlangsung secara berkelanjutan dalam waktu yang relatif lama.
Keenam, perubahan dalam arti perkembangan dapat berlangsung sepanjang hayat dari mulai sejak masa konsepsi hingga meninggal dunia (Santrock &Yussen, 1992; Bjorklund & Bjorklund, 1992) dalam Amin Budiamin, dkk (2006: 3). Perkembangan tidak hanya terbatas sampai dengan masa remaja, melainkan dapat berlanjut terus hingga seseorang meninggal dunia. Ini juga berarti bahwa perubahan dalam arti perkembangan tidak hanya mencakup proses pertumbuhan, pematangan, dan penyempurnaan, melainkan juga mencakup proses penurunan dan perusakan.
Dengan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan dapat didefinisikan  sebagai pola perubahan organisme (individu) baik dalam struktur maupun fungsi (fisik maupun psikis)  yang terjadi secara teratur dan terorganisasi secara langsung sepanjang hayat.

2.      Pertumbuhan (growth)
Istilah pertumbuhan (growth) dimaksudkan sebagai perubahan dalam aspek jasmaniah seperti berubahnya struktur tulang, tinggi dan berat badan, proporsi badan, semakin sempurnanya jaringan syaraf, dan sejenisnya. Dengan kata lain, pengertian pertumbuhan itu  lebih bersifat kuantitatif  dan terbatas pada pola perubahan fisik yang dialami individu sebagai hasil dari proses pematangan. Dalam arti yang lebih luas, menurut Witherington & Hurlock (Amin Budiamin, dkk, 2005: 4) istilah petumbuhan dapat pula mencakup perubahan secara psikis kalau perubahan tersebut berupa munculnya sesuatu fungsi yang baru seperti munculnya kemampuan berpikir, simbolik, munculnya kemampuan berpikir abstrak.
Menurut Ahmad Thonthowi (1993) dalam Desmita (2005: 5), pertumbuhan yaitu perubahan jasad yang meningkat dalam ukuran (size) sebagai akibat dari adanya perbanyakan (multiplication) sel-sel.
Singkatnya dapat disimpulkan bahwa pengertian pertumbuhan tercakup dalam pengertian perkembangan, tetapi tidak setiap perubahan dalam arti perkembangan merupakan pertumbuhan. Pertumbuhan terbatas pada perubahan-perubahan yang bersifat evolusi (menuju ke arah yang lebih sempurna) sedangkan perkembangan dapat pula mencakup perubahan-perubahan yang bersifat involusi (penurunan dan perusakan ke arah kematian).

3.      Kematangan (maturation)
Pertumbuhan jasmani dan perkembangan rohani yang disebutkan di atas, sebenarnya merupakan satu kesatuan dalam diri manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain. Laju perkembangan rohani dipengaruhi oleh laju pertumbuhan jasmani, demikian sebaliknya. Pertumbuhan dan perkembangan itu pada umumnya berjalan selaras dan pada tahap-tahap tertentu menghasilkan suatu “kematangan”, baik kematangan jasmani maupun kematangan mental.
Istilah “kematangan”, yang dalam bahasa Inggris disebut dengan maturation, sering dilawankan dengan immaturation, yang artinya tidak matang. Seperti pertumbuhan, kematangan juga berasal dari istilah yang sering digunakan dalam biologi, yang menunjuk pada kera numan atau kematangan. Kemudian istilah ini diambil untuk digunakan dalam perkembangan individu karena dipandang terdapat kesesuaian. Menurut Chaplin (2002) dalam Desmita ( 2005: 6), mengartikan kematangan (maturation) sebagai: (1) perkembangan, proses mencapai kematangan atau usia matang, (2) proses perkembangan, yang dianggap berasal dari keturunan, atau merupakan tingkah laku khusus spesies (jenis, rumpun).
Sementara itu, Davidoff (1988) dalam Desmita ( 2005: 6), menggunakan istilah kematangan (maturation) untuk menunjuk pada munculnya pola perilaku tertentu yang tergantung pada pertumbuhan jasmani kesiapan susunan saraf.

2.      Anak Sebagai Suatu Totalitas
Sebagai objek studi psikologi perkembangan, anak dipandang sebagai suatu totalitas. Konsep anak sebagai suatu totalitas sekurang-kurangnya dapat mengandung tiga pengertian berikut: (a) anak adalah makhluk hidup (organisme) yang merupakan suatu kesatuan dari keseluruhan aspek  yang teerdapat dalam dirinya; (b) dalam kehidupan dan perkembangan anak, keseluruhan aspek anak tersebut saling terjalin satu sama lain; dan (c) anak berbeda dari orang dewasa bukan sekedar secara fisik, tetapi secara keseluruhan.
Sebagai suatu totalitas, anak dipandang makhluk hidup (organisme) yang utuh, yakni sebagai suatu kesatuan dari keseluruhan aspek fisik dan psikis yang terdapat dalam dirinya. Keseluruhan aspek fisik dan psikis tersebut tak dapat dipisahkan satu sama lain. Karena itu, anak dipandang sebagai individu. Istilah individu berasal dari kata individed yang berarti tak dapat dipisahkan antara satu bagian dengan bagian lainnya. Dalam hal ini, tentunya anda tidak akan memandang sebagai anak kepada sekumpulan organ tubuh anak (misalnya ada kepala, bagian tubuh, lengan, dan dua kaki) yang terpisah satu sama lain.
Lebih lanjut, konsep anak sebagai suatu totalitas, atau kesatuan mengandung arti bahwa terdapat saling keterjalinan atau keterkaitan antara keseluruhan aspek yang terdapat dalam diri anak tersebut secara terintegrasi saling terjalin dan saling memberikan dukungan satu sama lain. Misalnya, anak yang sedang sakit panas biasanya akan lain perilakunya (rewel); anak yang sedang dimarahi orang tuanya bisa tidak berselera makan; anak yang sedang marah bisa menangis menjerit-jerit. Contoh-contoh tersebut mengilustrasikan  adanya keterkaitan dan keterpaduan dalam proses kehidupan dan aktivitas anak. Reaksi-reaksi psikis selalu disertai dengan reaksi fisiknya, begitu pula sebaliknya.
Bila dibandingkan dengan orang dewasa, konsep anak sebagai suatu totalitas juga mengandung arti bahwa perbedaan anak dengan orang dewasa tidak terbatas secara fisik melainkan secara keseluruhan. Anak bukan miniatur dari orang dewasa, tetapi anak adalah anak yang dalam keseluruhan aspek dirinya bisa berbeda dari orang dewasa. Secara fisik, anak sedangkan mengalami pertumbuhan yang pesat; sebaliknya, fisik orang dewasa sudah relatif tidak berkembang lagi. Sementara anak cenderung didominasi oleh pola pikir yang bersifat egosentrik, sedangkan orang dewasa sudah lebih mampu berpikir empatik dan sosial. Begitu juga, kalau daya pikir anak masih terbatas pada hal-hal yang konkret, maka orang dewasa sudah mampu berpikir abstrak dan universal.
Demikianlah pengertian anak sebagai suatu totalitas, yakni sebagai suatu organisme atau individu yang merupakan suatu kesatuan yang terintegrasi dari keseluruhan organ fisik dan aspek psikis yang terdapat dalam dirinya. Keseluruhan aspek yang terdapat dalam diri anak tersebut saling terjalin satu sama lain. Karena itu, perbedaan anak dengan orang dewasa tidak hanya terjadi dalam aspek fisik atau psikis, melainkan secara keseluruhan.

3.      Perkembangan Sebagai Proses Holistik dari Aspek Biologis, Kognitif, dan Psikososial
Sesuai dengan konsep anak sebagai suatu totalitas atau sebagai individu, perkembangan juga merupakan suatu proses yng sifatnya menyeluruh (holistik). Artinya, perkembangan itu terjadi tidak hanya dalam aspek teretentu, melainkan melibatkan keseluruhan aspek yang saling terjalin (interwoven) satu sama lain.
Secara garis besar, proses perkembangan individu dapat di kelompokkan kedalam tiga domain: proses kognitif, biologis, dan psikososial. (Santrock& Yussen, 1992; Seifert & Hoffnung, 1991) dalam Amin Budiamin, dkk ( 2006: 5). Pengelompokkan ini lebih dimaksudkan untuk kepentingan dalam penjelasan karena dalam prakteknya ketiga domain proses perkembangan tersebut merupakan sesuatu yang terpadu dan saling berpengaruh satu sama lain.
Proses-proses biologis atau perkembangan fisik mencakup perubahan-perubahan dalam tubuh individu seperti pertumbuhan otak, otot, sistem syaraf, struktur tulang, hormon, organ-organ inderawi, dan sejenisnya. Perubahan-perubahan dalam cara menggunakan tubuh atau keterampilan motorik dapat dikelompokkan kedalam domain proses pertumbuhan biologis ini. Kedalam domain perkembangan ini juga termasuk perubahan dalam kemampuan fisik seperti perubahan dalam proses penglihatan, kekuatan otot, dan sejenisnya. Tetapi domain perkembangan ini tidak mencakup perubahan fisik karena kecelakaan,  sakit, dan peristiwa-peristiwa khusus lainnya.
Proses-proses kogntif melibatkan perubahan-perubahan dalam kemampuan dan pola berpikir, kemahiran berbahasa, dan cara individu memperoleh pengetahuan dari lingkungannya. Aktivitas-aktivitas seperti mengamati dan mengklasifikasikan benda-benda, menyatukan beberapa kata menjadi satu kalimat, menghafal sajak atau doa, memecahkan soal-soal matematika, dan menceritakan pengalam merefleksikan peran proses kognitif dalam perkembangan anak.
Meskipun dalam prakteknya sulit untuk dipisahkan, namun perlu dibedakan antara perkembangan kognitif dengan perubahan dalam arti belajar. Perkembangan kognitif mengacu kepada perubahan-perubahan penting dalam pola dan kemampuan berpikir serta kemahiran berbahasa, tetapi belajar cenderung lebih terbatas pada perubahan-perubahan sebagai hasil dari pengalaman atau peristiwa yang relatif spesifik. Selain itu, perubahan-perubahan yang dipelajari sering kali terjadi dalam waktu yang singkat, tetapi perkembangan kognitif terjadi dalam kurun waktu yang relatif lama. Perkembangan kognitif anak dan pengalaman belajar ini sangat erat kaitannya dan saling berpengaruh satu sama lain. Perkembangan kognitif anak akan memfasilitasi atau membatasi kemampuan belajar anak, sebaliknya pengalaman belajar anak juga akan sangat memfasilitasi perkembangan kognitifnya.
Proses-proses psikososial melibatkan perubahan-perubahan dalam aspek perasaan, emosi, dan kepribadian individu serta cara yang bersangkurtan dengan orang lain. Dengan demikian, perkembangan identitas diri (self identity) dan krisis-krisis yang menyertainya serta perkembangan cara dan pola hubungan dengan anggota keluarga, teman sebaya, guru-guru dan yang lainnya dapat dikelompokkan kedalam domain perkembangan ini. Senyuman bayi dalam merespon sentuhan dan sapaaan ibunya, perilaku agresif anak terhadap teman bermain, rasa percaya diri dan keberanian anak, perkembangan hubungan pertemanan diantara anak merefleksikan proses-proses psikososial dalam perkembangan anak.

4.      Kematangan Vs Pengalaman Dalam Perkembangan Anak
Kematangan (maturation) adalah urutan perubahan yang dialami individu secara teratur yang ditentukan oleh rancangan genetiknya (Santrock & Yussen, 1992) dalam Amin Budiamin, dkk ( 2006: 6). Dalam bahasan ini kematangan dipandang sebagai suatu pembawaan (nature), yakni sebagai warisan biologis organisme yang dibawa sejak lahir.
Di sisi lain, pengalaman (experience) merupakan peristiwa-peristiwa yang dialami individu dalam berinteraksi dengan lingkungan. Disini pengalaman dipandang sebagai unsur lingkungan, yakni sebagai pengalaman-pengalaman environmental yang diperoleh individu dalam kehidupannya.
Para ahli psikologi perkembangan yang menekankan unsur kematangan atau pembawaan (maturationists) mengklaim warisan biologis sebagai unsur yang paling mempengaruhi perkembangan anak. Sedangkan para ahli yang mengutamakan unsur pengalaman menganggap pengalaman environmental sebagai faktor yang paling penting dalam perkembangan anak. Akan tetapi, menurut kami keduanya saling mempengaruhi satu sama lain terhadap perkembangan anak.
Menurut pandangan maturasional, pada dasarnya individu berkembang dalam cara yang terpola secara genetik, kecuali kalau terganggu atau terhambat oleh faktor lingkungan yang bersifat merusak. Rancangan atau struktur genetik akan menghasilkan komunalitas-komunalitas dalam pertumbuhan dan perkembangan individu.
Sebaliknya,  kaum enviromentalists menekankan pentingnya pengalaman dalam perkembangan anak. Unsur genetik individu sekedar mewariskan potensi dasar, tetapi bagaimana hal itu tumbuh dan berkembang sangat tergantung kepada makanan, gizi, perawatan medis, latihan, dan pendidikan yang diberikan oleh lingkungan. Pendeknya, lingkungan dipandang sebagai faktor yang paling berpengaruh terhadap perkembangan anak.
Di samping dua kelompok tersebut, ada pula para ahli perkembangan (interacsionists) yang mempercayai bahwa hampir semua kualitas fisik dan psikis individu merupakan hasil dari pengaruh pembawaan lingkungan. Sebagai misal, tinggi badan anak tergantung kepada rancangan genetik yang diturunkan orang tuanya (pembawaan), di samping tergantung pula  kepada gizi dan latihan yang diperoleh selama proses pertumbuhan (lingkungan); perkembangan kognisi anak tergantung kepada taraf intelegensi yang dimiliknya (pembawaan), di samping tergantung pula pada kualitas pengalaman belajar yang diperoleh selama hidupnya (lingkungan); anak juga secara biologis sudah terpogram untuk belajar bahasa (pembawaan), tetapi mereka hanya akan belajar bahasa mereka.
Dalam prakteknya, menentukan kontribusi kematangan (pembawaan) dan pengalaman (lingkungan) terhadap pertumbuhan dan perkembangan individu secara pasti akan sulit untuk dilakukan. Kualitas aspek pertumbuhan dan perkembangan yang sama bisa dihasilkan dari campuran pengaruh unsur genetik dan keadaan lingkungan yang berbeda. Namun dalam kondisi tertentu, mengetahui pengaruh relatif dari dua faktor tersebut kadang-kadang penting untuk dilakukan. Misalnya, jika seorang anak memiliki bobot tubuh yang berlebih, maka untuk menentukan treatment apa yang tepat, perlu diketahui terlebih dahulu sumber-sumber yang menyebabkan bobot tubuh yang berlebih tersebut. Jika ternyata hal itu disebabkan oleh unsur genetik, maka bentuk treatment-nya akan lain dengan yang disebabkan oleh faktor lingkungan.

5.      Kontinuitas Vs Diskontinuitas Dalam Perkembangan
Isu lain yang diperdebatkan oleh para ahli perkembangan adalah pernyataan apakah perkembangan itu merupakan sesuatu yang berkesinambungan atau tidak berkesinambungan. Para ahli menekankan pada unsur kematangan lazimnya menganggap perkembangan sebagai serangkaian tahap yang berbeda. Sebaliknya,  para ahli perkembangan yang menekankan pada unsur pengalaman menjelaskan perkembangan sebagai suatu proses yang sinambung.
Para ahli yang menekankan segi kesinambungan dalam perkembangan menjelaskan bahwa perkembangan itu merupakan perubahan kumulatif yang berlngsung secara bertahap dari masa konsepsi hingga meninggal dunia. Perkembangan adalah perubahan yang sifatnya bertahap dan merupakan akumulasi dari perilaku dan kualitas pribadi yang sama yang sudah diperoleh sebelumnya. Dalam proses pengayaaan itu terjadi pengayaan,  penambahan, dan pengurangan melalui pengalaman atau interaksi individu dengan lingkungan. Jadi di saat anak memperoleh tambahan perilaku atau keterampilan baru, ia mengkombinasikan kembali perilaku atau keterampilan tersebut dengan yang sudah ada untuk menghasilkan perilaku atau abilitas yang semakin kompleks.
Dalam perkembangan bahasa, misalnya dari anak agar bisa mengucapkan suatu suku kata, kemudian satu kata, dua kata, dan seterusnya. Menurut pandangan ini, kata pertama yang bisa diucapkan oleh anak sekalipun sebenarnya merupakan hasil akumulasi dari pengalaman-pengalaman sebelumnya, meskipun sepertinya merupakan peristiwa baru. Jadi, model perkembangan ini, menempatkan perubahan kuantitatif, yakni unsur-unsur yang sudah ada dan lebih secara esensial mengalami penambahan dengan unsur-unsur baru sehingga menghasilkan kemampuan dan perilaku yang lebih kompleks.
Di sisi lain, para ahli yang menekankan segi ketidaksinambungan dalam perkembangan menganggap bahwa proses perkembangan individu melibatkan tahapan-tahapan yang berbeda. Setiap perkembangan individu dianggap melalui suatu pola urutan perubahan yang berbeda secara kualitatif, tidak sekedar berbeda secara kuantitatif. Dalam hal ini perkembangan individu dianggap berlangsung melalui terjadinya perubahan-perubahan perilaku yang relatif tiba-tiba dari satu tahap ke tahap berikutnya. Jadi, di sini terjadi peristiwa transisi yang relatif tajam dari satu tahap perkembangan.
Para ahli yang mendukung pandangan diskontinuitas biasanya beranggapan bahwa secara prinsip perkembangan diarahkan oleh faktor-faktor internal biologis. Mereka menganggap bahwa kondisi yang berbeda dalam perkembangan anak merefleksikan hakikat diskontinuitas dari perubahan-perubahan yang terjadi. Dengan demikian, perkembangan melibatkan perubahn-perubahaan kualitatif, bukan sekedar kombinasi-kombinasi sederhana dari kemampuan-kemampuan atau perilaku-perilaku terdahulu. Sebagai contoh, deskripsi tahap-tahap perkembangan berpikir anak dari Piaget seperti Sensori motor, praoperasional, kongkret operasional dan formal operasional, menggambarkan bagaimana perbedaan kualitatif (Diskontinuitas). Itu terjadi dalam proses perkembangan berpikir anak. Tahap-tahap perkembangan berpikir anak tersebut tidak sekedar menggambarkan padanya kemampuan yang meningkat dalam berpikir, tapi lebih daripada itu. Ada perbedaan kualitatif yang signifikan antara tahap-tahap tersebut.
B. Perkembangan Anak Sekolah Dasar
1.      Proses Berlangsungnya Perkembangan
Perkembangan anak usia sekolah disebut juga perkembangan masa pertengahan dan akhir anak yang merupakan kelanjutan dari masa awal anak. Permulaan masa pertengahan dan akhir ini ditandai dengan terjadinya perkembangan fisik, motorik, kognitif, dan psikososial anak.
            Perkembangan berlangsung secara terus-menerus sepanjang hidup seseorang, mulai dari masa konsepsi sampai berakhirnya kehidupan orang itu (Thornbrug, 1984) dalam Amin Budiamin, dkk ( 2005: 12). Selanjutnya Thornbrug menyatakan bahwa perkembangan itu berlangung secara bertahap, dimana setiap tahap terbagi lagi atas beberapa periode umur tertentu. Tahap-tahap perkembangan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Masa Bayi 0-2 tahun
a.       Periode dalam kandungan      : Mulai dari terjadinya konsepsi sampai lahir
Masa konsepsi adalah masa mulai bertemunya sel telur dengan sperma. Dimulailah perjalanan kehidupan dari suatu pribadi yang unik, tak ada duanya. Nafas kehidupan langsung ditiupkan oleh Sang Pencipta begitu pembuahan terjadi. Kita memang tak dapat menyaksikan langsung bagaimana si buah hati tumbuh dan berkembang di dalam rahim ibunya. Namun kita sudah mengetahui bahwa pada masa ini manusia sudah mulai mengalami perkembangan. Mulai dari sperma yang berubah menjadi zigot atau kita kenal darah, kemudian menjadi daging, lalu dibungkus dengan tulang seperti yang dijelaskan dalam Al-quran. Semakin mengeras dan berkembang terus sampai umur sembilan bulan bayi didalam kandungan. Itulah masa konsepsi yang sangat luar biasa bahwa ternyata kita adalah para pemenang sejak masa konsepsi ini. Akhirnya keluarlah bayi sebagai individu baru.


b.      Periode baru lahir                    : Lahir sampai umur 4 atau 6 minggu
Setelah bayi lahir terjadilah perkembangan selanjutnya yakni sampai umur 4 atau 6 minggu. Pada masa ini bayi masih sangat bergantung dengan usapan kasih sayang ibunya. Yang dapat ia lakukan apabila menginginkan sesuatu adalah hanya dengan cara menangis.
c.       Periode bayi                            : Umur 4 atau 6 minggu sampai 2 tahun
Setelah umur bayi berkisar antara 4 atau 6 minggu mulailah si bayi beradaptasi dengan dunianya yang baru. Biasanya di usia ini bayi menetek pada ibunya sampai umur 2 tahun. Setelah 2 tahun, bayi akan mengalami perkembangan pesat di seluruh fisik dan psikisnya. Mulai dari kemampuan merangkak, berdiri, bahkan berjalan dan berbicara. Bayi mulai mengeksplor dan melakukan imitasi terhadap keadaan-keadaan di lingkungan sekitarnya.
2. Masa Kanak-kanak 2-11 tahun
a.       Periode Kanak-kanak permulaan, umur 2-5 tahun
Dalam masa ini, status bayi berubah menjadi kanak-kanak. Kami menganggap bahwa masa kanak-kanak adalah masa dimana seseorang sudah mulai memanipulasi apapun yang ada dihadapannya dengan pemikiran-pemikiran yang dia miliki. Misalnya di usia 3 atau 4 tahun anak masih sulit memegang pinsil untuk menulis namun setelah otot-otot jarinya mulai matang dia jadi bisa memegang pinsil dengan tepat. Begitulah perkembangan dan pada masa ini anak sedang asyik-asyiknya berbicara dan ingin tahu atau penasaran dengan apapun yang ada dihadapannya.
b.      Periode Kanak-kanak pertengahan, umur 6-8 tahun
Pada masa ini anak sudah dapat mengoperasikan seluruh anggota tubuhnya dengan baik. Bahkan anak-anak sangat aktif bergerak dan bermain pada masa ini. Akan tetapi tetap harus dibimbing dan diarahkan agar kegiatan mereka di usia ini dapat bermanfaat sesuai dengan perkembangannya.
c.       Periode Kanak-kanak akhir, umur 9-11 tahun
Biasanya pada masa ini anak mulai matang organ vitalnya sehingga bagi anak perempuan usia 9 tahun ada yang sudah mengalami menstruasi. Hal tersebut wajar terjadi karena batas minimal baligh seorang anak perempuan memang sekitar umur 9 tahun atau ketika awal menstruasi. Bahkan di usia ini perasaan anak mulai sensitif bila dikaitkan dengan perasaan terhadap lawan jenisnya.
Pra Remaja 9 -13 tahun
Masa ini adalah masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa remaja. Sehingga di masa ini anak mulai semakin matang perkembangan fisik maupun psikisnya.
3. Masa Remaja 11-19 tahun
a.       Remaja permulaan, 11- 13 tahun
Perkembangan seorang anak yang mulai beranjak remaja sangatlah pesat apalagi dari organ-organ penting yang dia miliki. Hormon-hormon mulai berfungsi dan aktif. Semakin tinggi usia seseorang semakin matang pertumbuhan dan perkembangannya.
b.      Remaja pertengahan, 14-16 tahun.
Remaja di usia ini sangat rentan oleh pengaruh-pengaruh positif maupun negatif yang datang dari luar. Oleh karena itu diperlukan adanya bimbingan yang ketat untuk mengawasi anak agar tidak terpengaruh oleh perbuatan yang tidak baik.
c.       Remaja akhir 17-19 tahun.
Pada masa ini organ-organ reproduksi sudah mulai berfungsi dengan sangat baik.  Dan perkembangan mental mereka mulai stabil. Mereka akan mencari jati diri mereka yang sebenarnya di usia ini.
Pemuda 19 tahun- 22 tahun
Pada masa ini adalah masa peralihan seseorang dari remaja menuju dewasa
4. Masa Dewasa, 20- 81 tahun
a.       Dewasa permulaan 20-29 tahun
Masa dewasa permulaan ditandai dengan lengkapnya seluruh organ-organ tubuh dan berkembangnya sistem pemikiran secara menyeluruh. Pada masa ini seseorang sedang berada dalam usia produktif.
b.      Dewasa pertengahan 30-49 tahun
Pada akhir masa dewasa pertengahan bagi seorang wanita biasanya ditandai dengan adanya menopause yaitu masa dimana seorang wanita berhenti menstruasi.
c.       Dewasa 50-65 tahun
Biasanya pada masa ini seseorang sudah mulai mengalami masa penyusutan, maksudnya perkembangan tetapi bukan berarti pertumbuhan. Akan tetapi perkembangan ke masa yang disebut penurunan fungsi.
d.      Dewasa akhir 66-80 tahun
Jika disebut kembali ke masa kanak-kanak, masa ini memang tepat disebut demikian. Karena biasanya orang mulai pikun pada masa ini apalagi jika dibarengi dengan keadaan yang tidak mendukung/ sakit.
e.       Tua 81 tahun ke atas
Sangat jarang orang zaman sekarang yang hidup sampai usia ini. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan jika ada. Mereka seperti kembali ke masa bayi. Semua membutuhkan bantuan orang lain, kecuali yang memang fisiknya benar-benar kuat.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
     Dalam memahami konsep perkembangan anak usia sekolah dasar, maka akan di pelajari hakikat perkembangan anak didik usia sekolah dasar dan perkembangan anak sekolah. Perkembangan itu sendiri adalah serangkaian perubahan individu yang berlangsung secara teratur atau terarah dan bersifat tetap, perubahan dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah menuju ke tahap kematangan melalui pertumbuhan, pemasakan dan belajar. Perkembangan itu bersifat kualitatif. Sedangkan, pertumbuhan adalah perubahan-perubahan individu yang bersifat kuantitatif (peningkatan dalam ukuran dan struktur), perubahan melaju sampai mengalami pemberhentian pada fase tertentu. Adapun hal-hal yang berkaitan dengan konsep ini diantaranya; anak sebagai suatu totalitas; perkembangan sebagai proses holistik dari aspek biologis, kognitif, dan psikososial; kematangan vs pengnalaman dalam perkembangan anak; kontinuitas vs diskontinuitas dalam perkembangan.
Dalam memahami perkembangan anak sekolah dasar yang dipelajari salah satunya adalah proses berlangsungnya perkembangan anak usia sekolah dasar. Pada hakikatnya perkembangan itu berlangsung secara terus-menerus sepanjang hidup seseorang, yang mana melalui tahapan-tahapan perkembangan dari mulai masa bayi 0-2 tahun, masa kanak-kanak usia 2-11 tahun, masa remaja usia 11-19 tahun, dan masa dewasa usia 20-81 tahun.
Adapun dalam setiap periode tertentu akan muncul suatu kemampuan bertingkah laku yang disebut dengan tugas-tugas perkembangan. Memahami tugas-tugas perkembangan anak didik tersebut penting bagi pendidik dalam membantu anak didiknya. Hal-hal tersebut yaitu menentukan tujuan pendidikan di sekolah, memilih bahan belajar yang sesuai dengan kemampuan anak, dan memilih strategi belajar yang sesuai dengan sifat-sifat kemampuan anak.
Kemampuan kita dalam memahami konsep perkembangan anak sekolah dasar akan menjadi bekal dalam praktek di lapangan yang memiliki keragaman tingkah laku yang membutuhkan kesesuaian dalam menanganinya.
B. Saran
            Sebagai calon pendidik, kita harus mempunyai keterampilan dalam memahami konsep perkembangan anak, khususnya pada anak sekolah dasar. Hal itu dikarenakan sebagai calon pendidik, kita dituntut untuk mampu memahami perkembangan anak agar dalam prosesnya dapat meminimalisir terjadinya kesalah pahaman dalam memahaminya. Sehingga dapat terjadinya keselarasan dalam proses pemahaman pada perkemabangan anak didik.

DAFTAR PUSTAKA

Budiamin, Amin, Dedi Herdiana H, Daim. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Bandung: UPI PRESS.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1998. Perkembangan dan Belajar Peserta Didik. Jakarta. Depdikbud.
Desmita . 2005. Psikologi perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Yusuf, Syamsu. 2007. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Affandi, Choirul. 2012 . Tujuan Lembaga Pendidikan Sekolah [online]. Tersedia: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2256002-tujuan-lembaga-pendidikan-sekolah/#ixzz2KBVEmFhK. [07 Februari 2013].
Muhklis. 2012. Strategi belajar [online]. Tersedia: http://www.muhklis.com/macam-macam-strategi-pembelajaran/html. [07 Februari 2013].

Saturday 11 May 2013

Konsep, Perkembangan, dan Orientasi Karir Anak Usia Sekolah Dasar


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Seiring dengan perkembangannya, manusia memiliki tugas-tugas perkembangan sesuai dengan periodisasinya sehingga mereka harus mampu menyesuaikan dirinya selaras dengan perkembangan tersebut. Untuk mencapai penyesuaian ini tentunya harus dimulai dari penguasaan dasar terlebih dahulu. Salah satu dimensi kehidupan yang harus dicapai adalah penyesuaian karier atau lebih dikenal sebagai pekerjaan. Orang dewasa muda saat ini cenderung memiliki kesulitan dalam proses penyesuaian karier. Untuk mengatasi masalah tersebut, kami menyusun makalah ini dengan memaparkan kebutuhan dasar yang diperlukan untuk penyesuaian karier di masa mendatang melalui orientasi karier bagi anak usia sekolah dasar. Dengan pemaparan ini, kami mengharapkan agar kesulitan-kesulitan penyesuaian karier kelak dapat diminimalisasi atau bahkan tidak ada dengan pemberian bekal dasar penyesuaian karier sejak usia sekolah dasar.
B.     Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini antara lain :
-          Apa yang dimaksud karier secara umum?
-          Bagaimana perkembangan minat karier anak usia SD?
-          Apa yang seharusnya dilakukan dalam orientasi karier anak usia SD?
C.    Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini antara lain :
-          Untuk mengetahui pengertian karier secara umum
-          Untuk mengetahui perkembangan minat karier anak usia SD
-          Untuk memilih tindakan sebagai petunjuk awal pengenalan karier bagi anak usia SD

BAB II
                                                    PEMBAHASAN  

A.    Pengertian Karier
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karier memiliki pengertian perkembangan dan kemajuan dalam kehidupan, pekerjaan, dan jabatan. Pengertian tersebut adalah pengertian karier secara umum. Para ahli pun berpendapat mengenai pengertian karier. Salah satunya adalah pendapat karier dari Simamora (2001:505) yaitu urutan aktifitas - aktifitas yang berkaitan dengan pekerjaan dan perilaku-perilaku, nilai-nilai, dan aspirasi seseorang selama  rentang  hidup orang  tersebut.
B.     Pengembangan Minat Karier Anak SD
Pada dasarnya anak-anak usia sekolah dasar secara khas terbuka kepada interaksi dengan rentang stimuli yang luas dan berbagai perilaku. Dalam antusiasme dan keingintahuannya yang tak terkendalikan, mereka belum dipaksa oleh realitas sosial yang mengganggu dan mengubah persepsi-persepsi dari saudara-saudaranya yang lebih tua dan banyak orang dewasa dimana mereka beridentifikasi. Maslow (1959) mengemukakan hierarki kebutuhan-kebutuhan dasar sebagai berikut:
1.      Kebutuhan - kebutuhan fisiologis
2.      Kebutuhan - kebutuhan keamanan
3.      Kebutuhan akan keikut sertaan dan kecintaan
4.      Kebutuhan akan penghargaan, harga diri, kebebasan, dan dianggap penting
5.      Kebutuhan akan informasi
6.      Kebutuhan akan pengertian
7.      Kebutuhan akan keindahan
8.      Kebutuhan akan aktualisasi diri
Untuk memenuhi kebutuhan dasar tersebut, terdapat tingkatan karier pada anak usia SD sebagai berikut :
1.      Anak kelas I belajar tentang perkerjaan dalam lingkungan yang dekat –rumah, sekolah, dan tetangga
2.      Anak kelas II belajar tentang pemberi pemberi bantuan jasa dalam masyarakat yang melayaninya dan juga tentang tokoh - tokoh dan usaha usaha tetangganya yang dikenalnya
3.      Anak kelas III meluaskan studi - studinya dalam masyarakat. Penekanannya pada tranportasi, komunkasi, dan industri - industri utama lainnya
4.      Anak kelas IV belajar tentang dunia kerja pada tingkat provinsi termasuk industri - industri utama pada provinsi itu
5.      Anak kelas V memperluas studi - studi yang dipelajari sehingga meliputi kehidupan industri nasional. Industri - industri utama di berbagai bidang bagian dari negara dipilihnya
6.      Anak kelas VI anak mendapat perluasan program sehingga mencakup seluruh bagian dunia
Dari tingkatan-tingkatan tersebut, anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan mempelajari berbagai keterampilan penting tertentu baik keterampilan kurikuler maupun ekstrakurikuler. Para pendidik memandang periode ini sebagai periode kritis dalam dorongan berprestasi yaitu suatu masa dimana anak membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak sukses, atau sangat sukses. Sekali terbentuk kebiasaan untuk bekerja di bawah, di atas, atau sesuai dengan kemampuan cenderung menetap sampai dewasa. Telah dilaporkan bahwa tingkat perilaku berprestasi pada masa kanak–kanak memiliki korelasi yang tinggi dengan perilaku berprestasi pada masa dewasa. Apabila anak mengembangkan kebiasaan untuk bekerja sesuai atau dibawah, atau di atas kemampuannya, kebiasaan ini akan menetap dan cenderung mengenai semua bidang kehidupan anak, tidak hanya di bidang akademik saja. Oleh karena itu bagi anak usia SD diperlukan perkembangan minat kariernya.
Minat (interest) karier adalah ketertarikan individu terhadap suatu karier. Anak yang tertarik oleh suatu karier ditandai oleh adanya :
a.       Perhatian
b.      Rasa penasaran untuk mengetahui lebih jauh
c.       Dorongan serta upaya untuk mencoba
d.      Adanya dorongan serta upaya untuk mendalami karier tertentu
Misalnya jika beberapa anak laki – laki diketahui berminat sepak bola. Semakin banyak indikator dari keempat ciri tersebut muncul pada diri individu berarti kesebelasaan dibentuk kepengurusannya. Pada masing-masing kesebelasan ada yang berperan sebagai manajer, pelatih, pemain, kapten kesebelasan, dan sebagai wasit serta hakim garis. Sementara itu anak perempuan sebagaian besar minat karier individu pada karier tertentu semakin kuat. Sebaliknya, semakin sedikit indikator dan keempat ciri tersebut tampak pada individu berarti minat kaner individu pada karier tertentu semakin lemah.
Pada anak usia SD minat karier sudah mulai tumbuh terutama pada usia 7 tahun ke atas atau sekitar kelas II SD ke atas. Mereka sudah mulai menunjukkan perhatian yang kuat terhadap bidang karier tertentu. Misalnya, anak 7 tahun yang berminat menjadi pesepak bola sudah mulai senang menonton bola meskipun ada film anak-anak yang umumnya disukai anak seusianya. Mereka sudah menunjukkan rasa penasaran untuk mengetahui lebih jauh tentang suatu karier. Anak yang berminat menjadi pesepak bola banyak bertanya atau membaca informasi tentang sepak bola. Misalnya ia mencari tahu sebanyak mungkin informasi tentang pemain yang dipandang sukses dan berbagai sumber. Anak yang berminat menjadi pesepak bola memiliki dorongan dan berupaya menjadi pesepak bola profesional. Misalnya, anak memilih ekstrakurikuler sepak bola untuk menyaurkan minat karier sepak bola. Anak yang berminat menjadi pesepak bola memiliki dorongan dan berupaya mendalami dunia sepak bola. Misalnya, anak mengikuti sekolah sepak bola.
Uraian perkembangan minat karier di muka mengimplikasikan empat prinsip dalam stimulasi perkembangan karier anak usia SD. Pertama, bahwa pendidik seyogyanya berupaya mendorong munculnya perhatian anak pada karier tertentu. Kedua, pendidik seyogyanya berupaya mendorong anak mampu menjawab rasa penasarannya terhadap karier tertentu. Pada bagian ini, kewajiban moral pendidik adalah menyediakan informasi berbagai jenis karier sebanyak-banyaknya disertai penjelasan-penjelasannya. Untuk anak usia SD tentu perlu dikemas secara lebih sederhana dan menarik. Ketiga, pendidik seyogyanya memfasilitasi anak untuk mewujudkan dorongan dan upayanya dalam mencoba suatu karier tertentu. Misalnya, pendidik mengembangkan beragam ekstra kurikuler untuk dipilih anak sesuai dengan minat kariernya. Keempat, pendidik seyogyanya memfasilitasi anak mewujudkan dorongan serta upayanya untuk mendalami karier tertentu. Pada bagian ini, kewajiban moral pendidik adalah menyediakan informasi berbagai tempat kursus atau pelatihan tentang keterampilan serta kemampuan tertentu yang dipandang dapat membantu anak mendalami karier tertentu.
Sedangkan kapasitas karier adalah serangkaian kemampuan dan keterampilan yang mendasari karier masa depan anak. Terlingkup di dalam kapasitas karier adalah :
A.    Kemampuan berpikir
B.     Penguasaan akademik
C.     Kemampuan mengambil keputusan
D.    Keterampilan-keterampilan sosial.
Peran guru atau orang tua adalah memfasilitasi kokohnya dasar kemampuan dan keterampilan karier tersebut. Hal ini memerlukan teknik penyesuaian ciri dan faktor anak usia SD. Sedikitnya ada tiga teknik yang dapat diterapkan dalam memfasilitasi perkembangan karier pada anak usia SD. Pertama, teknik observasi yaitu pengamatan baik langsung ke tempat lingkungan kerja maupun secara tidak langsung dengan mengamati film tentang pelaksanaan pekerjaan tertentu. Misalnya, anak melakukan observasi cara menanam jeruk ke kebun jeruk milik seorang petani atau anak diajak untuk menonton film tentang cara menanam jeruk. Kedua, teknik bermain yaitu mengenalkan suatu jenis karier melalui permainan. Misalnya, anak diajak bermain perang-perangan. Seorang berperan sebagai komandan dan sebagai sebagai prajurit. Sebelumnya dilakukan tanya awab tentang tugas komandan dan prajurit. Setelah permainan selesai dilakukan refleksi tentang apa yang telah mereka lakukan. Lakukan eksplorasi terhadap perasaan, pikiran, ide-ide, dan harapan-harapan anak yang terkait dengan perang, tentara, komandan, dan prajurit. Ketiga, teknik pemberian informasi karier, yakni anak diberi informasi karier yang akurat dan sederhana melalui tulisan atau gambar-gambar yang menarik tentang pengembangan karier.
C.    Karier Anak Usia SD Menurut Teori Ciri dan Faktor
Teori ciri dan faktor (trait and factor) dikembangkan Frank Parson pada tahun 1909. Dalam pandangan Parson, istilah ciri (trait) mengacu kepada suatu karakteristik individu yang dapat diukur melalui tes. Istilah faktor (factor) mengacu kepada dua hal. Pertama, mengacu kepada suatu karakteristik yang dipersyaratkan untuk berhasil dalam penampilan kerja. Kedua, mengacu kepada suatu pendekatan statistik yang digunakan untuk membedakan karakteristik penting suatu kelompok orang. Dengan demikian istilah ciri dan faktor (trait and factor) mengacu kepada asesmen terhadap karakteristik-karaktenistik individu dan pekerjaan (Sharf, 1992 17).
Parson (Sharf, 1992 18) percaya bahwa kecocokan antara ciri pribadi dan persyaratan kerja merupakan kunci keberhasilan karier seseorang. Menurutnya semakin cocok antara ciri pribadi individu dengan persyaratan kerja maka semakin besar peluang individu untuk produktif dan puas dalam kariernya. Jadi akar teorinya ialah “kecocokan orang dengan pekerjaan”.
Uraian di atas menunjukkan bahwa asesmen terhadap ciri merupakan langkah paling awal dan penting dalam tahapan pemilihan karier. Parson (Sharf, 1992 17) menegaskan bahwa dalam memilih suatu karier, individu idealnya memiliki :
A.    Suatu pemahaman yang jelas mengenai din sendiri, sikap, kemampuan, minat, ambisi, sumber keterbatasan dan penyebab-penyebabnya
B.     Suatu pengetahuan tentang persyaratan dan kondisi keberhasilan, keuntungan dan kerugian, konpensasi, peluang, dan prospek pada dunia kerja yang berbeda
C.     Memiliki alasan yang benar tentang keterkaitan antara dua kelompok fakta
Berdasarkan ketiga hal yang harus dimiliki individu dalam memilih karier tersebut, untuk pengembangan karier pada anak usia SD, Parson (Sharf, 1992:18-34) mengemukakan dua langkah pengambilan keputusan kaner. Pertama, perolehan pemahaman diri (gaining self understanding) ialah pemahaman secara jelas tentang sikap, prestasi, kemampuan, minat, ambisi, sumber keterbatasan dan penyebab-penyebabnya, nilai-nilai, dan kepribadian. Sejak dini anak usia SD dibimbing untuk memahami kesemuanya itu. Misalnya, anak usia SD sudah mulai diajak mendiskusikan kelebihan dan kekurangan din sendiri dilihat dan prestasi belajarnya, diajak mendiskusikan minat-minatnya, dan mendiskusikan berbagai hal yang terkait dengan ciri-ciri dirinya. Kedua, memperoleh pengetahuan tentang dunia kerja (obtaining knowledge about the world of work) yang mencakup pengetahuan tentang informasi tipe lapangan kerja seperti kondisi dan upah kerja, sistem kiasifikasi kerja, serta ciri dan faktor yang dipersyaratkan suatu pekerjaan. Dalam memfasilitasi perkembangan karier anak usia SD orang tua atau guru hendaknya mengenalkan semua bidang karier yang ada, terutama yang dekat dengan lingkungan anak. Jika lingkungan anak daerah industri maka kenalkan anak dengan dunia industri, jika lingkungan anak daerah pertanian maka kenalkanlah mereka dengan pertanian, jika lingkungan anak daerah laut yang penghidupan sehari-harinya sebagai nelayan maka kenalkanlah anak dengan pekerjaan sebagai nelayan. Jika stimulasi perkembangan karier dilakukan seperti mi, maka yang perlu ditekankan adalah bagaimana agar anak berpikir dan terdorong agar jika mereka ingin menjadi petani, nelayan, atau pekerja industri tentu terdorong untuk lebih baik dan yang mereka lihat waktu dikenalkan dengan berbagai janis karier tersebut. Perlu diperhatikan pula bahwa sambil mereka dikenal dengan berbagai bidang karier di sekitar lingkungannya, mereka perlu juga dikenalkan dengan berbagai bidang karier lainnya sesuai dengan pengetahuan anak disertai dengan penjelasan tentang persyaratan dan konsekuensi kerjanya.
D.    Orientasi Karier bagi Anak Usia SD
Orientasi karier yang dimaksud ialah readiness of individuals to make good choices, yang berarti kesiapan individu untuk membuat keputusan-keputusan yang tepat (Super dalam Sharf, 1992 : 155). Keputusan yang dimaksud ialah keputusan-keputusan tentang karier. Model ini didasari oleh asumsi bahwa keputusan-keputusan tentang karier terjadi pada semua rentangan kehidupan. Pada masa usia SD sekalipun anak dihadapkan pada berbagai keputusan tentang karier. Misalnya, anak dituntut untuk mampu menentukan pilihan lanjutan Setelah lulus SD. Ia harus mengambil keputusan apakah melanjutkan ke SMP atau ke Tsanawiyah. Keputusan melanjutkan ke SMP atau ke Tsanawiyah merupakan salah satu pengambilan keputusan karier (Sharf, 1992).
Menurut Supar (Sharf, 1992 : 156) kesiapan individu untuk membuat keputusan karier yang tepat terakumulasi pada orientasi karier secara total. Orientasi karier ini terdiri atas tiga dimensi, yaitu:
A.    Sikap terhadap karier (career development attitudes)
Para ahli (Rokeah, 1972 : Djawad Dahlan, 1980; dan Bertens, 1995) sepakat bahwa sikap (attitude) merupakan kecenderungan untuk bertindak atau arah kecenderingan untuk bertindak, berperilaku dan persetujuan terhadap sesuatu. Berdasarkan konsep sikap ini, yang dimaksud sikap terhadap karier berarti arah kecenderungan individu terhadap bidang karier tertentu. Arah kecenderungan ini terlihat dari aktivitas-aktivitasnya. Menurut Super (Sharf, 1992 : 156) sikap individu terhadap kariernya dapat dianalisas dari dua aktivitas, yang selanjutnya disebut sub dimensi sikap terhadap karier (career development attitudes), yaitu perencanaan karier (career planning) dan eksplorasi karier (career exploration).
Perencanaan karier mengacu kepada aktivitas individu dalam merencanakan karier. Aktivitas tersebut mencakup:
-          Mempelajari informasi tentang karier
-          Membicarakan perencanaan karier dengan orang dewasa
-          Mengikuti kursus sesuai dengan karier yang diharapkan
-          Berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan karier yang diharapkan
-          Mengikuti pendidikan atau latihan yang mengarah kepada karier masa depan
Perencanaan karier individu yang tampak dalam mempelajari informasi tentang karier antara lain berminat untuk mengetahui secara lebih jauh tentang karier masa depan, berupaya mencari dan membaca informasi karier masa depan. Mendiskusikan perencanaan karier dengan orang dewasa seperti dengan orang tua, orang-orang yang dituakan, guru, dan konselor juga merupakan aktivitas individu dalam perencanaan karier. Mengikuti kursus sesuai dengan karier yang diharapkan dapat diamati dan apakah individu mengikuti kursus dalam bidang tertentu di luar jam pelajaran sekolah sesuai dengan bidang keahlian yang disenanginya. Misalnya siswa mengikuti kursus bahasa inggris sebagai pondasi untuk meraih sukses masuk sekolah jenjang berikutnya. Siswa yang perencanaan kariernya efektif dan mengikuti ekstrakulikuler yang sesuai dengan bidang karier yang diharapkannya. Misalnya siswa yang bercita-cita menempuh karier dalam bidang olahraga sepak bola cenderung memilih ekstrakurikuler sepak bola. Namun sayangnya belum banyak sekolah yang memfasilitasi perencanaan karier siswa melalui ekstrakurikuler. Demikian pula dalam hal mengikuti pendidikan atau pelatihan diluar jam pelajaran sekolah, siswa yang perencanaan kariernya efektif cenderung memilih pendidikan atau latihan yang mengarah kepada karier masa depan yang diinginkannya. Aktivitas-aktivitas yang dipaparkan pada bagian ini semuanya terlingkup dalam perencanaan karier siswa sebagai subdimensi dai sikap terhadap kariernya.
Super (sharf, 1992 : 157 ) mengkonsepsikan eksplorasi karier sebagai aktivitas individu dalam memanfaatkan sumber informasi karier. Ia membahaskannya dengan : …to use resources such as parents, other relatives , friends , teacher, counselors , books, and movies is investigated. Berdasarkan konsep ini, eksplorasi karier siswa yang terlihat dari aktivitasnya dalam hal memanfaatkan orang tua, guru, teman, konselor, kenalan, dan buku  sebagai sumber informasi karier. Misalnya siswa bertanya kepada guru, atau mambaca buku yang berkaitan dengan informasi karier yang diharapkannya.
B.     Keterampilan pembuatan keputusan karier (skills of career development decision making)
Keterampilan membuat keputusan merupakan hal penting dalam kehidupan seseorang, karena :
1.      Hakikatnya hidup dari waktu ke waktu merupakan rangkaian dari hasil pengambilan keputusan karena dalam hidup selalu ada pilihan dan konflik
2.      Jika individu keliru mengambil keputusan tertentu maka ia cenderung dihadapkan pada suatu masalah tertentu
Oleh sebab itu paradigma terakhir keterampilan hidup individu,termasuk didalamnya keterampilan membuat keputusan karier.
Menurut Sharf (1992 :157) keterampilan pembuatan keputusan karier mengacu kepada the ability to use knowledge and thougth to make career plans. Mengacu kepada konsep ini keterampilan pembuatan keputusan karier terdiri atas penggunaan pengetahuan dan penggunaan pemikiran dalam membuat keputusan karier.
Menurut Sharf (1992) pengetahuan yang dapat mendasari pengambilan keputusan karier adalah pengetahuan tentang :
1. Langkah-langkah embuat keputusan karier
2. Kesesuaian suatu karier dengan kemampuan , bakat, dan minat
3. Pengetahuan tentang pentingnya pengambilan keputusan karier secara mandiri
Kemampuan menggunakan pemikiran ialah memfungsikan pemikiran dalam membuat keputusan karier yang mencakup:
-   Mampu membuat keputusan karier secara rasional
-  Mampu memperkirakan konsekuensi dari keputusan karier yang diambil
-  Mengantisipasi resiko yang akan dihadapi dari keputusan yang diambil
C.     Informasi dunia kerja (world-of-work information).
Istilah informasi diambil dari bahasa Inggris to inform yang artinya memberi tahu. Munandir (1996 : 165 ) mendefinisikan informasi sebagai segala sesuatu yang membuat orang tahu tentang sesuatu itu. Informasi dunia kerja artinya segala hal yang berkaitan dengan dunia kerja yang membuat orang menjadi yahu tentang dunia kerja itu. Menurut Sharf (1992 : 158) informasi dunia kerja yang dimaksud mencakup dimilikinya informasi tentang pekerjaan tertentu dan informasi tentang orang lain dalam dunia kerjanya.
Informasi tentang pekerjaan tertentu menurut Sharf (1992:158) dapat dilihat dari tiga indikator antara lain:
a.       Memiliki informasi tentang jenis-jenis pekerjaan yang sesuai dengan karier yang diharapkan. Misalnya, siswa mengetahui beberapa jenis pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan atau sesuai dngan karier yang mereka harapkan. Bahkan mereka mengetahui cara kerja bidang pekerjaan yang sesuai dengan karier yang diharapkannya.
b.      Memiliki informasi tentang cara memasuki dunia kerja yang sesuai dengan karier yang diharapkan. Misalnya, siswa memiliki informasi yang cukup tentang cara melamar pekerjaan di bidang karier yang diharapkannya.
c.       Memiliki informasi tentang kewajiban dan aturan pekerjaan. Untuk hal ini terdapat beberapa hal penting yang harus diperhatikan.
1.      Fokus Pengembangan Karier Anak di SD
Fokus pengembangan karier anak di SD disesuaikan dengan tahapan perkembangan anak Anak SD termasuk ke dalam tahapan kesadaran karier yaitu penumbuhkembangkan kesadaran itu sendiri dengan anak memperoleh informasi tentang karier, mengenal karakteristik diri dan mengetahui hubungan antara pekerjaan dan belajar dalam kehidupan sehari-hari. Kesadaran karier anak meliputi aspek kesadaran diri, kesadaran pengetahuan karier, kesadaran membuat pilihan sehat, dan keputusan efektif dan kesadaran keterampilan karier.
2.      Strategi Pelayanan Karier
Strategi pelayanan karier yang digunakan yaitu include dengan pembelajaran efektif. Dalam hal ini guru yang paling berperan karena anak berangkat pada rasa ingin tahu yang tinggi, anak perlu diberi stimulus untuk mampu bertanya tentang karier kemudian dilakukan diskusi kelompok yang menyenangkan antara anak dan guru. Layanan informasi bisa juga dilakukan dengan pemutaran film. Guru membawa siswa ketempat-tempat yang berhubungan dengan pekerjaan dan story telling. Selain itu pendekatan permainan merupakan pendekatan efektif dalam menumbuhkan kesadaran karier anak seperti :
·         Bermain puzzel yang bertemakan karier, puzzel yang digunakan dapat berupa jenis-jenis tampilan yang sesuai dnegan kariernya seperti gambar tentara yang sedang berdiri tegap, dokter yang sedang memeriksa pasiennya, guru yang sedang menerangkan di depan kelas dll.
·         Permaianan ekspresi dan proyeksi diri, permainan ekspresi yaitu untuk mengenal dirinya, sifat-sifat dirinya yang baik dan yang buruk, keadaan dirinya bila menghadapi suatu situasi penilaian atas sifat-sifat diri yang dibutuhkan untuk suatu jenis pekerjaan, permainan proyeksi diri lebih kepada ungkapan-ungkapan yang memiliki makna.
·         Karnaval karier. Anak-anak memakai pakaian yang mencerminkan profesi tertentu untuk memperkenalkan berbagai jenis pekerjaan.
·         Bermain peran. Anak bermain memerankan berbagai peran yang ada pada kehidupan sehari-hari

3.      Media yang digunakan
Media yang digunakan bisa sangat beragam, tergantung kreativitas guru itu sendiri dan disesuaikan dengan strategi yang digunakan seperti puzzel dalam permainan puzzel, boneka-boneka profesi dalam story telling, media elektronik seperti infocus, televisi, DVD dalam pemutaran film-film tentang karier, pakainan-pakaian (kostum) berbagai profesi pekerjaan dalam karnaval karier, gambar-gambar yang sesuai dengan karier,
4.      Proses
Proses yang dilakukan dalam pengembangan bimbingan karier di SD, yaitu dengan mengembangkan rasa ingin tahu anak, guru memberikan informasi-informasi dalam diskusi kelompok yang menarik, guru memberikan stimulus kepada anak untuk berdiskusi dan guru menjawab pertanyaan anak dan memberikan informasi yang sesuai dengan tema diskusi yaitu tentang berbagai macam karier.
Dalam permainan proses yang dilakukan melalui pendekatan dinamika kelompok dari awal pembentukan kelompok (norming), pemberian intruksi penmainan, pemberian kesempatan anak untuk mendiskusikan strategi dalam bermain (storming), pemberian tugas-tugas (norming), pelaksanaan permainan (performing).
5.      Hasil yang dicapai
Hasil yang dicapai adalah anak memiliki kesadaran karier, yaitu anak sadar akan dirinya, memiliki pengetahuan karier, kesadaran membuat pilihan sehat, dan keputusan efektif dan kesadaran keterampilan karier.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pengembangan minat karier diperlukan oleh manusia sejak usia SD agar ia mencapai keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa. minat anak harus dikembangkan sesuai dengan bakat dan keterampilan agar tugas perkembangan dapat dilewati dengan baik dan tidak menghambat pada tugas perkembangan berikutnya.
Tingkat perilaku karier pada masa kanak-kanak mempunyai pengaruh penting dengan perilaku karier pada masa dewasa. Kesuksesan karier anak di masa depan sangat ditentukan oleh bimbingan yang ia dapatkan semasa usia dini.