Monday 30 June 2014

Book Review : Aturlah Uangmu Sebelum Dia Mengaturmu


Buku berjudul "Aturlah Uangmu Sebelum Dia Mengaturmu" ini menjadi buku pertama yang saya review di bulan Ramadhan. Tadinya pengen review buku yang ada nuansa religinya, buku keagamaan gitu yang sudah saya baca tentunya. Tapi tangan ini rasanya ngebet banget pengen review buku yang satu ini. Saya suka sekali dengan konten buku ini dan saya rasa saran-saran perihal keuangan yang ada di buku ini cukup sederhana dan efektif untuk dilaksanakan. Setidaknya itu yang saya rasakan setelah melakukan saran-saran yang terdapat dalam buku ini. Apalagi selama puasa dan menjelang lebaran pasti banyak harga yang mendadak naik. Naiknya harga bahan makanan sudah pasti bikin harga makanan juga naik. Baru juga puasa hari kedua, udah ada beberapa yang ngajakin bukber. Bukber juga kan butuh dana karena makan di luar rumah. Selain itu, ada target acara yang ingin saya hadiri bulan agustus nanti dan butuh biaya yang lumayan tinggi buat saya yaitu AFA ID di Jakarta Convention Center alias JCC. Jadi ya harus bisa mengatur keuangan dengan baik.

Sebenarnya saya ini bukan orang yang tertarik dengan dunia ekonomi. Tetapi saya juga nggak bisa mengelak kalau kehidupan kita ini nggak bisa lepas dari yang namanya ekonomi terutama yang berkaitan dengan keuangan. Entah kenapa sejak pertama kali lihat buku ini saya langsung tertarik *sekaligus kesindir >,< *. Saya sadar, saya ini orangnya boros dan cenderung nggak bisa mengatur keuangan. Padahal kudu bisa banget kan apalagi perempuan yang di masa depan nanti jadi penentu keuangan keluarga juga. Atas dasar kesadaran itulah *sekaligus kesindir juga*, akhirnya saya beli buku ini.

Kira-kira beginilah tampilan buku tersebut


Ini tampilan covernya. Saya suka. Simple dan menarik.

Seperti inilah tampilan isi bukunya. Kata-kata "Jangan Tergiur Diskon" ini beneran jleb banget buat saya.

Di belakangnya ada spoiler tentang pokok-pokok bahasan buku.

Identitas bukunya ini

Judul Buku : Aturlah Uangmu Sebelum Dia Mengaturmu
Karya : Maskur Anhari
Penerbit : Notebook
Cetakan : Cetakan I, 2014
Tebal : 184 lembar
Harga : Rp. 35.500 (Harganya segini waktu saya beli di Gramedia)

Di bab awal, pembaca diberi brainstorming mengenai perbedaan antara ngirit dan pelit. Sepele memang, tapi penting banget. Dari bab ini saya paham bahwa irit itu bisa mengatur keuangan dengan memenuhi kebutuhan dan nggak menyiksa diri. Inget ya, nggak menyiksa diri. Misalnya gara-gara ngirit kita bela-belain nggak makan seharian sampe badan lemes lalu sakit. Ya nggak gitu juga. Itu mah pelit namanya. Jadi irit tuh lebih ke mengganti sesuatu yang kita suka yang harganya tinggi ke sesuatu yang kita suka juga tapi harganya lebih miring dan kualitas tetap diperhatikan gitu.

Setelah itu, pembahasan selanjutnya mengenai pengaturan keuangan. Pengaturan keuangan ini menekankan banget supaya uang yang kita punya itu bisa kita tabung buat masa depan baik yang direncanakan maupun tidak terduga. Yang namanya manusia pasti banyak pengennya. Kalo saya pribadi ya pengen koleksi wig karakter lah, beli kostum cosplay lah, beli kain buat bikin baju sendiri, pengen koleksi novel terjemahan. pengen koleksi novel fiksi ilmiah sama fantasi, pengen koleksi buku yang isinya english, banyak kan? Nah, kalo nggak diatur baik-baik kita jadi boros juga kan? waduuhh.

Terus dibahas juga mengenai pentingnya berinvestasi. Nah ini nih yang kadang saya lupakan juga kalau saya udah terima uang beasiswa yang saya punya. Belanja aja sampe nggak sadar uang saya abis. Pola inilah yang  harus saya ubah 360 derajat sebab potensi boros akutnya besar sekali. Waduhh bahayaa. Investasi yang paling bikin saya tertarik ya investasi emas yang nilai inflasinya 0. Maksud dari nilai investasi 0 tuh gini. Kita beli domba tahun ini misalnya 1 juta. Terus kita investasi emas senilai 1 juta rupiah juga. Lima tahun kemudian harga domba jadi dua kali lipatnya yaitu 2 juta. Nah, kalau emasnya kita jual, nilainya akan tetap senilai satu domba itu, dua juta. Enak kan kalo kayak gitu. Kita nggak perlu khawatir investasi kita naik turun karena inflasi yang nggak stabil. 

Selain investasi, pembaca juga disarankan untuk punya sumber keuangan cadangan seperti usaha sampingan. Bisa jualan keripik terus titip di warung-warung, ikutan MLM alias multi level marketing misalnya buat yang mahasiswa seperti saya. Untuk sumber keuangan cadangan masa depan yang membuat saya cukup tertarik adalah usaha membuat kos-kosan. Yep, kos-kosan! Modal awalnya memang besar, harus menyediakan rumah. Tapi kan enak uangnya ngalir terus tiap bulan kalo yang kos di kita betah dan fasilitas yang disediakan memadai. Maka dari itu saya harus nabung dari sekarang buat ini.

Sebelum pembaca dikasih materi tentang utang piutang, yang dibahas adalah strategi buat menabung. Di buku ini dikasih contoh simple yang mudah dipahami juga soal gimana sih menabung yang baik itu. Tetapi tetep ya gimana pun strategi kita mengelola keuangan termasuk menabung ini, kalau nggak disiplin ya gagal terus strateginya. Kuncinya ada di disiplin dan konsisten. Saya sendiri mengalami kesulitan juga sebenarnya menerapkan strategi keuangan ini. Contoh sederhananya yang saya lakukan seperti ini. Dalam satu minggu kan kuliah tatap muka itu hanya empat hari saja. Jarak saya ke kampus sekitar 1,5 km dan jalur kendaraan umum dari rumah saya tuh tanggung banget. Jadi kalo saya berangkat, jalan kaki dulu ke jalur angkot yang menuju kampus. Turunnya pun nggak pas depan kampus jadi harus jalan kaki lagi atau naik angkot lagi. Rempong kan? Kalau jalan kaki setelah naik angkot itu rasanya suka puyeng dan enek. Nggak tau kenapa. Kalau naik angkot lagi jadi boros di ongkos. Akhirnya saya putuskan untuk jalan kaki saja kalau kuliahnya pagi. Selain badan sehat, jalan kaki itu menyenangkan. Sepanjang jalan ada aja orang yang nyapa kita. Saya seneng kalau kayak gitu. Strategi lain menghindari penggunaan angkot itu janjian sama pacar berangkat kuliah. Bukan berarti saya dianter-jemput tiap hari sama pacar, itu sih malah pacar saya jadi ojek dong. Tapi liat jadwal kuliah kita (saya dan pacar saya beda kampus tapi sejalur). Kalau jam berangkatnya bareng, misalnya sama-sama hari senin jam 10, berangkat barenglah kita. Kalau jam pulangnya bareng, ya pulang barenglah. Kalau jam pulangnya beda tetep masing-masing. Nah, kalau setelah kuliah saya cape dan nggak kuat jalan kaki sampai rumah, baru lah saya naik angkot. Kalau kuat ya jalan kaki juga sampai rumah. Setelah saya lakukan strategi ini ternyata hasilnya cukup memuaskan. Dalam empat hari saya bisa berhemat 20ribu sampai 30ribu. Lumayan banget kan?

Nah, baru deh pembaca diajak mengatasi perihal keuangan yang berkaitan dengan utang piutang. Saya juga punya beberapa utang dan sebelum-sebelumnya selalu bingung mengatasinya bagaimana. Buku ini punya masukan-masukan yang efektif menurut saya untuk menuntaskan utang itu. Selain itu juga dibahas gimana sikap kita selanjutnya kalau utang sudah lunas dan niat utang lagi. Banyak yang harus dipikirkan memang. Intinya kalo ngutang jangan seenak jidat tapi minimal pikirin juga buat ngebayarnya gimana gitu. Harus disiplin juga buat bayar utang. Uang tabungan nggak boleh keganggu utang. Ini masih agak sulit saya lakukan tapi saya akan terus berusaha supaya uang tabungan tetap utuh dan punya jatah sendiri.

Penjelasan di bukunya ini menurut saya lengkap dan padat. Ini yang jadi nilai plus banget dari saya buat buku ini selain tampilan dan judul yang menarik. Minusnya ada sih, suka ada salah ketik yang nggak keedit tapi saya sih selow aja, udah biasa sama buku yang ada salah ketiknya meski lumayan banyak. Yang penting isinya bermanfaat.

Rating dari saya 4.5 dari 5 bintang

Recommended? Tentu saja, sangat recommended :D


No comments:

Post a Comment