Thursday 17 October 2013

Rio dan Lulu : Diambang Kesedihan

Kesedihan itu begitu menyesakkan bagi Lulu. Ketika semua bayangan masa lalunya semakin terlihat jelas di pelupuk mata, padahal semua itu mengundang luka hati dari sebuah jiwa. Jiwa yang rapuh. Jiwa yang membutuhkan uluran tangan dan ketulusan. Jiwa yang mengharapkan kebahagiaan yang utuh. Seperti itulaj jiwa Lulu saat itu. Lulu masih memeluk kedua kakinya sambil menenggelamkan kepala dalam pangkuan kaki yang dipeluknya sejak tadi. Air mata membasahi celana yang dipakai Lulu. Lulu tak berpindah dari tempat itu, masih di sudut ruangan sendirian.
Terdengar suara langkah kaki yang berlari. Semakin lama semakin jelas terdengar. Langkah kaki Rio menuju Lulu. Begitu tiba di ruangan tempat Lulu berada, Rio merasa lemas seketika. Lulu yang biasanya selalu ceria, selalu menyemangatinya, kini berada dalam keadaan yang benar-benar terbalik dari itu semua. Seolah awan hitam yang kelam nan pekat menggambarkan aura yang muncul ketika Rio melihat Lulu. Mata Rio terasa panas. Dan setitik air mata akhirnya menetes juga.
"Lulu !!!" panggil Rio dari dekat pintu. Kakinya perlahan melangkah menuju Lulu. Lulu bergeming. Tak ada sedikit pun respon dari Lulu. Lulu masih terisak, dalam tangis yang terdengar begitu pilu bagi Rio. Melihat Lulu seperti itu, Rio mempercepat langkahnya menuju Lulu. Ketika sampai di depan Lulu, diraihnya tangan Lulu. Dingin. Seperti es. Rio terkejut bukan main. Ada yang salah dengan wanita di depannya. Merasa ada seseorang menggenggam tangannya, Lulu mendongakkan kepala, memastikan siapa orang yang memegang tangannya begitu erat dan penuh gemetar. Lulu bisa merasakan getar ketakutan di tangannya. "Rio..," kata Lulu pelan. Ada rasa bahagia yang menyeruak di hatinya. Rio ada di depannya, menggenggam erat tangannya di saat dia merasa sedih bukan main. Sedikit senyum tersungging di bibir mungilnya. "Lulu, kenapa?" tanya Rio sambil menahan tangis. Air mata Lulu makin tak tertahankan dan terus mengalir. Kedua tangan Lulu menggengham erat tangan Rio. "Kumohon jangan pernah pergi," kata Lulu lalu menunduk, memohon dengan sungguh-sungguh. Rio pun makin erat menggenggam tangan Lulu. "Tidak akan pernah, sesuatu yang tak akan pernah kulakukan," kata Rio berusaha menenangkan sambil menatap Lulu yang juga menatapnya. Tatapan hangat Rio membuat Lulu tersenyum meski matanya masih berurai air mata. "Kumohon," pinta Lulu. "Aku janji," kata Rio. "Kau pasti ingat itu lagi?" tanya Rio kemudian. Lulu mengangguk pelan. Maksud Rio adalah masa lalu Lulu. Masa lalu Lulu ketika cerita berujar tentang Lulu dan laki-laki di masa lalunya. "Aku tak akan pernah melakukan hal yang sama dengan dia. Aku bukan dia dan aku berbeda dari dia, yang tega melukaimu begitu saja dan memberimu trauma seberat ini. Aku tak kan pernah tega," kata Rio tegas. Kata-kata itu meluncur sesuai dengan apa yang hati Rio katakan. Lulu mengangguk pelan sambil berusaha tersenyum. "Percayalah padaku," kata Rio sambil mengusap air mata Lulu. Tiba-tiba Lulu memeluknya. Erat dan hangat. "Jangan pernah tinggalkan aku," kata Lulu.

No comments:

Post a Comment